Skip to main content

MEMILIH PAKAN

MEMILIH PAKAN


3.1 Pemilihan Jenis Pakan

Pada budidaya intensif peranan pakan sangat penting karena sebagian besar biaya operasional digunakan untuk pembelian pakan. Ada berbagai jenis pakan ikan yang meliputi : Pakan alami, Pakan buatan (pelet) , dan Pakan tambahan .

Pengelolaan pemberian pakan dalam budidaya pada dasarnya dilakukan untuk menumbuhkan ikan dengan menggunakan biaya pakan ikan serendah-rendahnya, melalui pemilihan pakan yang berkualitas, penentuan jumlah yang mencukupi dan cara pemberian pakan yang tepat.

Sebagai pengganti pakan alami, pakan buatan harus memiliki kandungan gizi lengkap. Ada sumber kalori, protein, vitamin dan mineral. Kandungan protein yang diperlukan 25-30% dan kandungan kalori 2500 kalori. Bentuk pakan bermacam, macam ada yang tepung, pelet atau remah. 

Sifat pakan buatan ada yang terapung atau tenggelam. Penggunaan pelet terapung memudahkan kita memantau pakan yang diberikan apakah dimakan atau tidak., sehingga untuk kadar proten yang sama, harga pelet apung lebih mahal dari pelet tenggelam. Sebagian besar pembudidaya menggunakan pelet terapung. Jumlah pakan yang diberikan setiap hari disesuaikan dengan berat ikan. Istilah yang dikenal adalah tingkat pemberian pakan (TPP, atau feeding level). TPP 3% artinya untuk setiap 100 kg ikan diberi pakan sebanyak 3 kg. 

TPP untuk setiap kelompok ukuran tidak sama. Makin kecil ukuran ikan makin besar nilai TPPnya. ketika ukuran 10 gram TPP mencapai 10%, makin besar ukuran ikan makin kecil TPPnya, sehingga menjelang panen mencapai 3%. Umumnya pembudidaya memberi pakan sekenyangnya, artinya ikan diberi makan sedikit demi sedikit sampai suatu saat terlihat sebagian besar ikan tidak lagi berrespon terhadap pakan yang diberikan. 

Selanjutnya pemberian pakan diulang pada waktu berikutnya. Jatah makanan harian di atas tidak diberikan kepada ikan sekaligus, tetapi beberapa kali. Jumlah ulangan pemberian pakan tiap hari dikenal sebagai frekuensi pemberian pakan. Frekuensi pemberian pakan juga dipengaruhi oleh ukuran ikan. Makin kecil ukuran, makin besar frekuensi pemberian pakannya. Pemberian pakan besarnya 5 kali sehari ketika ikan ukuran 10 gram dan berkurang hingga 3 kali menjelang panen.


3.1.1 Syarat Mutu Pakan

Pakan yang diberikan pada ikan lele akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ikan lele dan kualitas air media pemeliharaan.  Secara umum nilai Feed Convertion Ratio (FCR) pada ikan lele adalah 1, artinya bahwa dibutuhkan 1 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg daging. Hal tersebut akan berlaku jika pakan yang diberikan memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan ikan lele.

Syarat mutu pakan sendiri meliputi kualitas nutrisi, stabilitas dan harga yang sesuai dengan kebutuhan dalam pemeliharaan. Adapun syarat mutu pakan disesuaikan dengan umur ikan, dan kondisi fisik ikan lele. Berikut syarat pakan yang diberikan pada ikan lele dalam pemeliharaan:

  • Jenis kandungan pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan 

  • Ukuran pakan sesuai dengan ukuran bukaan mulut ikan 

  • Pakan bermutu baik dan tidak mengandung racun 

  • Pakan diproduksi oleh pabrik/industri yang telah disertifikasi

  • Nutrien pakan sesuai  untuk kebutuhan ikan lele

  • Uji kestabilan dalam air baik (pakan apung/tenggelam)

  • Aroma disukai ikan lele

  • Bila diberikan tidak langsung merusak air

  • Memberikan pertumbuhan yang baik untuk ikan yang dibudidayakan

Secara spesifik, kebutuhan nutrisi setiap ikan berbeda-beda, untuk itu syarat mutu pakan terkait nutrien dalam pakan sedapat mungkin disesuaikan dengan kebutuhan ikan. Pada ikan lele, kandungan nutrien sesuai kebutuhannya dapat dilihat pada Tabel 1. 

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi pada Ikan Patin

No.

Kandungan Nutrisi

Kebutuhan Nutrisi Ikan Patin (%)

1

Protein 

32

2

Lemak

3 - 5

3

Serat

4 - 6

4

Abu

10 – 13

5

Energi

11 – 13

6

Arginin

1,38

7

Histidin

0,48

8

Isoleusin

0,83

9

Leusin

1,12

10

Lisin

1,63

11

Metionin

0,74

12

Fenilalanin

1,60

13

Treonin

0,64

14

Valin

0,96

15

Tryptophan

0,16

Trisnawati, (2014), Lovell, (2014).


3.1.2 Jenis dan Ukuran Pakan Ikan Patin

Pakan ikan Patin pada kegiatan pembesaran ikan terdiri atas pakan starter, grower dan finisher. Masing-masing pakan memiliki spesifikasi yang berbeda baik dari ukuran, kandungan nutrisi dan sifatnya. Secara umum jenis pakan ikan lele pada kegiatan pembesaran terdiri atas pakan terapung (Floating pellet) dan pakan tenggelam (Sinking pellet). 

a.  Pakan Terapung

Pada kegiatan pembesaran, pakan starter merupakan pakan terapung dimana jenis pakan ini dapat kita amati kondisinya pada permukaan air media pemeliharaan saat dilakukannya pemberian pakan. Hal ini penting, mengingat jumlah konsumsi ikan masih terbatas sehingga kita bisa melakukan kontrol terhadap nafsu makan ikan dan banyaknya pakan terkonsumsi. Jangan sampai pemberian pakan dilakukan berlebih yang berdampak pada menurunnya nafsu makan ikan dan peningkatan bahan organik akibat pembusukan pakan tak terkonsumsi. Selain itu juga bisa kita amati persebaran dan kemampuan makan ikan terhadap pellet yang diberikan.

Pakan terapung juga dapat diberikan pada ikan pada tahap pertumbuhan (grower fase). Penggunaan pakan apung pada masa pertumbuhan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan penggunaan pakan apung pada fase ini adalah bahwa kita dapat mengamati tingkat konsumsi pakan ikan sekaligus mengamati kesehatan dan ukuran ikan yang akan terlihat ketika ikan muncul kepermukaan ikan untuk mengambil pakan. Penggunaan pakan terapung akan mempermudah dalam menyusun program feeding karena akan diperoleh data pada jumlah pakan berapa ikan lele kenyang dan pada waktu kapan saja ikan lele memiliki perbedaan nafsu makan.

Pakan terapung sendiri memiliki kekurangan dalam hal harga. Secara ekonomis, penggunaan pakan terapung akan lebih boros karena harga yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan penggunaan pakan tenggelam. Penggunaan pakan tenggelam dapat menurunkan biaya produksi khususnya di biaya pakan hingga 20%. Pakan terapung sendiri biasa dijual dalam beberapa bobot kemasan. Pakan starter biasa dikemas dalam bobot 10 kg dan untuk masa pertumbuhan dan akhir pemeliharaan 20 – 25 kg. 


b. Pakan Tenggelam

Berbeda dengan pakan ikan terapung, pakan jenis ini pada kegiatan pembesaran tidak disarankan diberikan diawal masa pemeliharaan dimana konsumsi pakan masih terbatas. Akan sangat sulit mengkontrol tingkat konsumsi pakan pada saat ikan lele masih kecil. Kesalahan dalam menentukan jumlah pakan ikan dengan jenis tenggelam ini akan berdampak pada meningkatnya bahan organik secara signifikan, pemborosan biaya operasional dan menurunkan nafsu makan ikan. 

Pakan tenggelam biasa diberikan pada masa pertumbuhan dimana ikan lele yang dipelihara sudah memasuki bobot 50 gr/ekor. Pemberian pakan dengan pakan tenggelam dilakukan dengan melakukan sampling bobot biomassa dan prosentase untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan. Data dan kebiasaan pemberian pakan dengan pakan tenggelam dapat dijadikan acuan dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan per bobot biomassa dan per ukuran ikan untuk menyesuaikan bukaan mulut ikan. 

Kelebihan dari pakan tenggelam jika digunakan dalam masa pemeliharaan ikan lele adalah rendahnya biaya pakan dan menuntut kedisiplinan kita dalam mengamati perilaku makan ikan sehingga secara otomatis kita juga dapat secara berkala mengamati kesehatan dan kondisi kegiatan budidaya secara umum terutama dalam kolam pemeliharaan. 

Akurasi terkait jumlah dan waktu pemberian pakan dengan jenis pakan tenggelam ini menjadi penting. Hal tersebut yang dirasa sulit oleh pembudidaya untuk diamati, dan ditentukan. Namun demikian dengan disiplin dan kebiasaan, maka penentuan jumlah dan waktu pemberian pakan akan dapat dilakukan dengan akurat. 

Masing-masing jenis pakan diatas dapat dipilih sesuai dengan keinginan atas dasar kemampuan analisa dan biaya operasional pakan yang tersedia. Dalam pemberian pakan, maka yang menjadi kunci agar efektifitas dan efisiensi pemberian pakan tercapai salah satunya adalah kesesuaian ukuran pakan ikan yang diberikan. Semakin merata pemberian pakan, maka keseragaman ukuran, efisiensi biaya dan waktu pemeliharaan akan dicapai. 

Guna mensiasati agar pemberian pakan berdampak optimal, prinsip bahwa ukuran pakan lebih kecil akan memiliki jumlah butiran lebih banyak daripada pakan ukuran yang lebih besar dapat diterapkan pada masa pemeliharaan. Bahwa ukuran pakan lebih kecil dengan bobot yang sama dengan pakan ukuran lebih besar memiliki jumlah butiran lebih banyak maka peluang setiap ikan mendapatkan pakan akan lebih besar dalam jumlah yang relatif sama. Oleh karena itu, sebaiknya ukuran pakan sebaiknya digunakan yang lebih kecil selama masih dapat dikonsumsi oleh ikan.

Ukuran pakan ikan berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya. Pakan starter biasanya memiliki diameter 0,5 - 1 mm, grower memiliki diameter 1 – 2 mm dan finisher ≥ 2 mm. Pastikan bahwa pada pakan yang akan diberikan memiliki ukuran dibawah ukuran bukaan mulut ikan agar pakan dapat terkonsumsi dengan mudah oleh ikan dan tidak rusak sebelum terkonsumsi.



3.2.  Kriteria Memilih Pakan

Untuk tumbuh dan berkembang maka ikan memerlukan nutrisi (pakan) yang sesuai. Pakan ikan dapat diperoleh dari pakan alami, pakan buatan pabrik (pakan komplit) dan pakan tambahan. Ikan lele merupakan ikan pemakan daging (karnivora) sehingga makanannya harus banyak mengandung protein hewani. 

Jenis pakan ikan berdasarkan konstribusinya dalam menghasilkan penambahan berat badan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

  1. Suplementary Feed/pakan suplemen yaitu pakan yang dalam konstribusinya hanya menghasilkan penambahan berat badan kurang dari 50%. Jenis pakan ini biasanya dibuat oleh para pembudidaya ikan dengan mencampurkan beberapa bahan baku tanpa memperhitungkan kandungan proteinnya sehingga kandungan nutrisi dari pakan ini tidak lengka 

  2. Complete Feed/pakan lengkap yaitu pakan yang dalam konstribusinya menghasilkan penambahan berat badan lebih dari 50%. Jenis pakan ini biasanya adalah pakan kering dengan berbagai bentuk dimana komposisi bahan bakunya lengkap sehingga kandungan protein pakan mencukupi kebutuhan ikan yang akan mengkonsumsinya.

Banyak sekali pakan pabrikan yang terjual bebas dipasaran  dengan merk dan kualitas yang berbeda-beda dan digunakan untuk makanan ikan yang dibudidayakan. Oleh karena itu pembudidaya harus selektif dalam memilih pakan yang baik untuk ikan yang dibudidayakan/dibesarkan dengan harapan mendapatkan hasil yang maksimal. 

Beberapa kriteria yang digunakan untuk memilih pakan yang berkualitas, antara lain :

  • Pakan yang diproduksi oleh pabrik yang sudah dikenal dan tersertifikasi dengan baik sertifikat ISO maupun KKP,

  • Pilih pakan dengan kandungan nutrisi yang sesuai (untuk ikan lele kandungan protein minimal 30%)

  • Uji kesetabilan dalam air (water stability), dimana dalam  jangka waktu tertentuk pakan tidak boleh pecah atau larut dalam air. Untuk pakan ikan lele water stability dalam air dengan waktu sekitar 1 jam dengan pakan yang digunakan boleh pakan yang terapung atau pakan yang tenggelam. Karena ikan lele adalah ikan pemakan jenis karnivora sehingga pakan beraroma tepung ikan, tidak tengik atau bau yang lain

  • Bila pakan diberikan tidak cepat merusak air, rusaknya air pemeliharaan ini dikarenakan bahan pembuatan pakan yang digunakan tidak dapat dicerna oleh ikan sehingga akan mengakibatkan banyaknya endapan pakan dan hal ini sebaiknya dihindari karena tidak cocok untuk budidaya ikan dengan sistem biofloc.

  • Pakan yang diberikan pada ikan dapat memberikan pertumbuhan yang baik dan nilai konversi yang rendah.




3.3 Jenis Pakan dan Biologi Ikan Patin

Ikan Patin biasanya mencari makan di dasar perairan, tetapi bila ada makanan yang terapung maka lele juga dengan cepat menyambarnya. Dalam mencari makan, Patin tidak mengalami kesulitan karena mempunyai alat perba (sungut) yang sangat peka terhadap keberadaan makanan, baik di dasar, pertengahan, maupun permukaan perairan. Patin dikenal sebagai ikan yang rakus dalam hal makan. Meskipun dikenal sebagai ikan pemakan hewan (karnivor), tetapi dapat juga menyantap apa saja yang diperolehnya, termasuk sisa-sisa dapur, seperti nasi dan dedak yang diberikan di kolam. Jika Patin diberikan pakan yang banyak mengandung protein nabati, maka pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan Patin dapat dipicu dengan pemberian pakan berupa pelet yang mengandung protein minimal 25%, juga diberikan pakan tambahan berupa bangkai ayam, bangkai itik, ikan rucah, daging bekicot, siput air dan sebagainya.

Tidak semua macam makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan antara lain yaitu ukuran makanan, warna makanan, dan selera ikan terhadap makanan. Berdasarkan kebiasaan makanannya, ikan dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora. Namun di alam seringkali ditemukan tumpang tindih yang disebabkan oleh keadaan habitat sekeliling tempat ikan itu hidup. Kelimpahan makanan di dalam suatu perairan selalu berfluktuasi dan hal ini disebabkan oleh daur hidup, iklim dan kondisi lingkungan.


3.3.1 Jenis Pakan dan Organoleptik

Pakan dalam kegiatan budidaya terbagi atas paka hidup/alami dan pakan buatan. Pakan alami biasanya diperuntukkan bagi larva sampai benih ikan lele 2 cm dimana pada ukuran tersebut masih membutuhkan pakan dengan protein tinggi yang mudah dicerna karena sesuai dengan bukaan mulut dan tidak mudah mencemari kualitas air media pemeliharaan.sedangkan pakan buatan biasanya digunakan untuk benih >2 cm hingga ukuran induk. Pakan buatan akan cepat mengakibatkan kualitas air menurun. Untuk itu perlu adanya manajemen pakan yang baik dan aplikasi bakteri pengurai kotoran ikan.


3.3.2 Formulasi Pakan dan Fase Pertumbuhan

Protein dalam bahan baku pakan akan mempengaruhi harga bahan baku. Untuk itu pembagian bahan baku berdasarkan kandungan protein perlu dilakukan. Bahan baku dengan kandungan protein > 20 % disebut bahan suplemen sedangkan bahan baku dengan kandungan protein <20% disebut bahan baku bassal. Dalam memformulasikan pakan ikan maka ada beberapa metode perhitungan. Metode persegi atau segi empat pearson adalah metode yang paling mudah digunakan. Sebagai referensi kandungan protein dari beberapa macam bahan baku disajikan pada Tabel 2.



Tabel 2. Klasifikasi dan kandungan protein bahan baku pakan

No

Bahan baku

Protein

Suplemen

1

Tepung ikan

60%

2

Tepung rebon

63,5%

3

Ampas tahu

40%

4

Tepung benawa

23% - 38%

5

Tepung kepala udang

53% - 74%

6

Ampas minyak hati ikan

46,74%

7

Tepung darah

71,45%

8

Tepung bekicot

54,29%

9

Tepung kedelai

44%

10

Tepung kacang tanah

47,9%

11

Biji kapuk/randu

27,4%

12

Daun lamtoro

36,82%

13

Ketela pohon

34,2%


Bassal

1

Silase ikan

18% - 20%

2

Dedak

9,6%

3

Dedak gandum

11,99%

4

Tepung terigu

8,9%

5

Bungkil kelapa

13,45%


Setelah diketahui kandungan protein yang terkandung dalam masing-masing bahan baku pakan, maka dapat dilakukan perhitungan formulasi pakan sesuai kebutuhan. Berikut disajikan contoh perhitungan

Contoh:

Menghitung ramuan pakan dari 2 bahan baku yang terdiri dari bahan suplemen berupa tepung ikan dengan estimasi protein 60%, dan bahan baku bassal yaitu dedak dengan estimasi protein 9,6%. Pakan yang akan dibuat adalah sebanyak 20 kg. Berapa kebutuhan masing-masing bahan?

image.png

Prosentase bahan :

Dedak halus = 30 10050,4 = 59,5 %

Tepung ikan = 20,4 10050,4 = 40,5 %

Kebutuhan pakan :

Dedak halus 59,5 % x 20 kg = 11,9 kg

Tepung Ikan 40,5 x 20 kg = 8,1 kg.

Formulasi pakan pada tiap fase pertumbuhan ikan Patin akan berbeda-beda misalnya untuk masa awal pemeliharaan, maka ikan lele memerlukan pakan dengan formulasi nutrisi yang lebih lengkap dan lebih tinggi karena diperlukan untuk adaptasi pada media pemeliharaan baru sehingga memerlukan energi lebih, pembentukan jaringan baru dan memacu pertumbuhan diawal pemeliharaan. Berbeda dengan masa pertumbuhan dimana ikan lele sudah beradaptasi sehingga kita dapat mengefisiensi biaya produksi dengan menurunkan grade pakan yang diberikan.