Skip to main content

MENYIAPKAN KOLAM BUDIDAYA IKAN PATIN


Persiapan kolam budidaya yang baik akan sangat menunjang keberhasilan kegiatan budidaya ikan Patin. Persiapan kolam budidaya ikan Patin sendiri meliputi persiapan peralatan, pengolahan lahan, perbaikan kolam dan treatment air media pemeliharaan. Kondisi kolam yang baik akan dapat menahan air sedangkan kondisi air yang sesuai dengan kebutuhan ikan Patin akan mempercepat pertumbuhan dan terjaganya kualitas air media selama pemeliharaan.


1.1 Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan bahan dan alat dalam rangka menyiapkan kolam budidaya sangatlah perlu karena kelancaaran kegiatan budidaya sangat ditentukan pada persiapan awal. Adapun jenis bahan dan alat untuk persiapan kolam budidaya sangat tergantung dari jenis kolam yang akan dibuat dan sistem budidaya  yang akan diterapkan.

Peralatan dalam persiapan kolam budidaya dapat berupa peralatan perbaikan kolam, peralatan pemeliharaan, dan peralatan panen. Klasifikasi peralatan dalam kegiatan budidaya ikan Patin disajikan pada Tabel 1. s.d. Tabel 4.

Tabel 1. Peralatan perbaikan kolam budidaya ikan Patin

No

Peralatan

Spesifikasi

Kegunaan

1

Cangkul

Plat besi

Memperbaiki pematang

2

Linggis 

Baja

Memperbaiki lubang pada pematang

3

Sabit 

Plat baja

Membersihkan rumput sekitar kolam

4

Bak sampah

Plastik Vol.50 l

Memindahkan sampah pada area kolam

5

Palu 

Baja ½ kg

Memperbaiki kolam beton

6

Sikat lantai

Plastic /kayubertangkai

Membersihkan lumut atau kotoran yang ada di dasar maupun di dinding kolam beton/terpal


Tabel 2. Peralatan pemeliharaan ikan Patin

No

Peralatan

Spesifikasi

Kegunaan

1

Bak 

Plastik vol. 50 l

Wadah pakan, fermentasi, sortir ikan

2

Seser 

Mesh size 1 cm

Menyerok ikan

3

Ember 

Plastik vol. 10 l

Memberi pakan

4

Aerator 

Resun-LP 100

Suplai oksigen, kultur probiotik

5

Baskom

Plastik ukuran 20 liter

Untuk karantina ikan sakit/untuk grading

6

Alat Greding

Satu set alat /bak kranjang geding  

Untuk mengreding kian


Tabel 3. Peralatan panen ikan Patin

No

Peralatan

Spesifikasi

Kegunaan

1

Seser/ Scoop net (seser)

Mesh size 1 cm/ Mesh size (mata jaring) 2 cm

Menyerok ikan

2

Jaring panen

Mata jaring 3 mm

Untuk memanen ikan

No

Peralatan

Spesifikasi

Kegunaan

3

Wadah pengangkut

Gerobak Ukuran 1x0,70x0.5 m


Untuk mengankut ikan hasil panen dari kolam ke penampungan

4

Pompa air

Grundfos pompa submersible

Membuang/mengurangi air

5

Bak 

Plastik vol.50 l

Memindahkan ikan

6

Jerigen 

Plastik vol.30 l

Mengangkut ikan

7

Timbangan

Kapasitas minimal 50 - 100 kg

Untuk menimbang hasil panen


Tabel 4. Bahan untuk persiapan kolam ikan Patin

No

Bahan

Spesifikasi

Kegunaan

1.

Pipa PVC

2,5 inci

Outlet kolam

2.

Kapur

kapur pertanian (CaCO3) kapur tohor dan dolomit

Mengatasi perubahan pH air media

3.

Pupuk organic

Kotoran ayam atau hewaan ternak lainnya

Meningkatkan kandungan organic dalam air media

4.

Pupuk organic

Urea, TSP, NPK dan KCL

Mempercepat keaktipan pupuk organic

5.

Kaporit

-

Untuk disinfektan kolam terutama untuk kolam beton atau kolam terpal


Masing-masing peralatan yang sudah teridentifikasi diatas kemudian diperiksa kelayakan dan jumlahnya sebelum digunakan sehingga tidak mengalami gangguan saat kegiatan pemeliharaan berlangsung. Setelah dilakukannya pemeriksaan kelayakan dari peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan budidaya ikan Patin, tahapan selanjutnya adalah menyiapkan peralatan yang akan digunakan sesuai kebutuhan dan jumlahnya agar semua kegiatan mulai dari persiapan kolam hingga panen dapat dilakukan dengan lancar. Sedangkan untuk persiapan bahan dan penggunaan bahan disesuaikan dengan kebutuhan atau dosis sesuai dengan prosedur kerja yang ditetapkan.



1.2 Pengolahan Lahan

Tanah yang baik untuk pembuatan kolam ikan Patin adalah jenis liat atau lempung dengan sedikit kandungan pasir. Karena kedua jenis tanah ini kedap (dapat menahan) air. Jenis tanah ke dua yang dianggap masih cocok yaitu jenis tanah beranjangan atau terapan dengan kandungan liat sekitar 30%. Kedua jenis ini terbukti mampu menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sehingga dapat dibuat pematang yang kuat dan kokoh. Apabila kita menemukan jenis tanah selain di atas, seperti banyak mengandung pasir, kerikil, bahkan batu-batu besar, maka kita harus membuat kolam dengan konstruksi tembok/semen, karena jenis tanah seperti ini tidak mampu menahan air (poros).

Selain tekstur tanah, yang harus diperhatikan juga adalah kemiringan tanah yang akan dibuat kolam. Tanah yang terlalu miring akan menyulitkan dalam pembuatan kolam. Apabila dipaksakan maka ukuran kolamnya harus kecil dan pematangnya harus lebar agar mampu menahan arus air yang kencang


1.2.1 Pengolahan Tanah Dasar

Secara berkala tanah dasar kolam perlu diolah dan dikeringkan. Pekerjaan ini berguna untuk menguraikan bahan-bahan organik yang tertimbun di tanah dasar. Bahan organik yang telah terurai menjadi mineral sangat berguna sebagai penyubur tanah dan mendorong pertumbuhan makanan alami.

Selain itu, pengolahan dan pengeringan tanah berguna juga untuk menghilangkan senyawa asam sulfida (H2S) dan senyawa-senyawa lain yang beracun, yang terbentuk selama tanah terendam air. Senyawa-senyawa beracun ini timbul sebagai hasil pembongkaran bahan organik yang berlangsung tanpa zat asam (proses anaerob).

Pengeringan tanah yang sempurna dapat juga mengakibatkan terberantasnya benih-benih ikan liar, ikan buas, dan hama-hama lain serta penyakit. Hal ini apabila dibarengi dengan pemasangan saringan yang baik pada pintu air, sudah sangat membantu masuknya hama kedalam kolam atau tambak.

Pengeringan tanah dasar juga sangat baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan makanan alami, terutama klekap. Tanah dasar yang melumpur dan kemudian mengeras karena kering, merupakan substrat yang sangat baik sebagai tempat melekatnya klekap. 

Pengeringan tanah dasar sampai berdebu juga tidak perlu, karena justru akan merusak. Pada umumnya pengeringan tanah dasar sudah cukup kita lakukan selama 7 – 9 hari atau tergantung dari keadaan cuaca. Pengeringan dapat dianggap selesai bila permukaan tanah dasar sudah retak-retak sedalam lebih kurang 1 – 2 cm. Untuk meningkatkan efektivitas proses oksidasi lumpur organik, adakalanya tanah dasar kolam atau tambak dibalik (dibajak) sehingga lapisan tanah dasar tersebut terekpos oleh udara dan proses oksidasi dapat berlangsufng lebih banyak. 

Pembajakan tanah dasar dianggap penting karena biasanya dalam kolam pemeliharaan akan ada yang namanya sisa pakan yang tidak termakan olah spesies kultur dan sedimentasi partikel organik yang berasal dari luar. Bahan organik tersebut akan dirombak oleh bakteri pengurai seperti nitromonas dan nitrozobacter menjadi hara sehingga bisa dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis dengan menggunakan bantuan dari sinar matahari, namun dengan keterbatasan kerja bakteri akibatnya terjadi keterbatasan oksigen terlarut dalam air sehingga tidak semua bahan organik tersebut bisa dirombak oleh bakteri.

 Oleh karena itu dengan proses pengeringan yang sempurna maka bahan organik yang tidak bisa dirombak tersebut bisa menguap, selain itu pengeringan dan penjemuran permukaan tanah dasar dapat membunuh bakteri patogen dan membunuh telur dan benih organisme hama yang kelak bisa menjadi kompotitor dan predator ikan kultur


1.2.2 Pengapuran Tanah Dasar

Manfaat dari proses pengapuran adalah sebagai berikut :

  • Meningkatkan atau mempertahankan pH tanah yang dikehendaki

  • Memperbaiki kondisi tanah

  • Dapat merangsang kegiatan jasad renik dalam tanah sehingga dapat meningkatkan penguraian bahan organik dan nitrogen dalam  tanah.

Pengapuran sangat penting artinya dalam usaha pemeliharaan udang. Hal ini disebabkan udang membutuhkan kapur dalam proses pergantian kulitnya, bila kekurangan kapur maka dapat mengganggu pergantian kulitnya dan menghambat pertumbuhan.

 Oleh karena itu manfaat dari pemberian kapur untuk pemeliharaan adalah sebagai berikut :

  • Memberantas hama dan penyakit

  • Mempercepat proses penguraian bahan organik

  • Mengikat kelebihan gas asam arang (co2) yang dihasilkan oleh proses pembusukan dan pernapasan

  • Mempertinggi pH pada Kolam - kolam yang pHnya rendah.

Agar kapur dapat memberikan hasil yang baik, kita harus mengusahakan agar kapurnya dapat tercampur merata dengan lumpur tanah dasar, kapur disebarkan pada saat proses pengolahan tanah dasar. Dengan garu atau penggaruk tangan kapur dan tanah dasar kita aduk-aduk sehingga kapurnya dapat masuk sedalam 10 cm. 

Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian (CaCO3) kapur tohor dan dolomit. Dosis yang digunakan tergantung dari tinggi rendahnya pH tanah. Semakin rendah pH tanah maka kapur yang dibutuhkan semakin banyak dan begitu sebaliknya, akan tetapi dosis kapur yang digunakan benar-benar diperhatikan untuk mempertahankan kualitas tanah dasar dan pH baik untuk air ataupun tanah. Setelah proses pengapuran selesai,   maka  jangan terburu-buru disebar pupuk, biarkan   kapur  menyatu  dengan  partikel  tanah  baru dilanjutkan dengan proses pemupukan. Pemupukan bisa dilakukan di kolam tanah ataupun kolam beton sebelum dilanjutkan ke pemupukan dasar pada gambar 1.


Hasil gambar untuk pengapuran kolam leleHasil gambar untuk pengapuran kolam lele





Gambar 1. Pengapuran tanah dasar

1.2.3 Pemupukan Tanah Dasar

Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan fitoplankton untuk berfotosintesis. Dampak pemupukan dapat dilihat dari perubahan warna air kolam atau tambak menjadi hijau atau hijau kecoklatan.

 Peningkatan populasi fitoplankton dapat mendorong pertumbuhan populasi zooplankton sehingga bisa meningkatkan ketersediaan pakan alami bagi hewan yang kita kultur. Keberadaan fitoplankton di dalam kolam atau tambak berfungsi pula sebagai conditioning lingkungan bagi ikan kultur, bukan sebagai pakan. Sehingga tujuan utama dari proses pemupukan tanah dasar adalah untuk meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam atau tambak setelah digunakan untuk pemeliharaan sehingga proses pertumbuhan pakan alami akan lebih cepat, karena dengan pemupukan akan memicu pertumbuhan mikro alga, meningkatkan konsentrasi bahan organik sebagai pakan zooplankton, bentos dan binatang lain dalam rantai makanan.

Adapun dalam proses pemupukan digunakan dua jenis pupuk yang memiliki fungsi yang berbeda namun saling ketergantungan antara jenis satu dengan jenis yang lain. Jenis pupuk yang digunaka adalah sebagai berikut :


a.  Pupuk Organik

Pupuk organik, pupuk ini dalam bentuk kotoran binatang (ayam atau hewan ternak lainnya), dan pupuk kompos. Fungsi dari pemberian pupuk ini adalah untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah. Pupuk organik yang diberikan kekolam harus diuraikan terlebih dahulu oleh bakteri sebelum haranya dimanfaatkan oleh fitoplankton sehingga berpotensi menurunkan kandungan oksigen terlarut air kolam. Oleh karena itu pemberian pupuk organik harus dilakukan dengan dosis dan metode yang tepat. Metode pemberian pupuk ini bisa dilakukan dengan cara ditebar secara merata ke dasar kolam, bisa juga dengan dionggokkan didasar kolam atau tambak, digantungkan dalam karung di badan air atau diletakkan di atas meja dibawah air, namun untuk pemberian pupuk ini sebaiknya jangan ditebar secara langusng karena ampas dari pupuk ini akan mencemari air pemeliharaan. Cara pemberianpupukorganikpadakolamsepertipadagambardibawahini, Gambar 2.


IMG_256IMG_256

Gambar 2. Cara pemberian Pupuk organic pada kolam



b.  Pupuk anorganik

Pupuk anorganik, tujuan dari pemberian pupuk ini adalah untuk meningkatkan atau menyuburkan fitoplankton yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh zooplankton sebagai makanan. Jenis pupuk ini diantaranya adalah pupuk Urea, TSP, NPK dan KCL. 

Sehingga tujuan utama dari proses pemupukan adalah untuk mendorong pertumbuhan pakan alami, baik dari jenis klekap, lumut maupun plankton dan binatang kecil.

Untuk meningkatkan produksi kelekap, tanah dasar kolam yang sudah dikeringkan ditaburi dedak kasar dan pupuk kandang. Mula-mula ditaburi dedak kasar sebanyak 500 kg/ha. Kemudian disusul pupuk kandang atau kompos sebanyak 1.000/ha. Kolam dialiri air sampai macak-macak (5-10 cm) kemudian air dibiarkan mengenang dan menguap lagi sampai kering.

 Kemudian setelah tanah kering lagi kolam atau tambak dialiri macak-macak dan ditaburi pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 1.000 kg/ha kemudian ditambah juga pupuk anorganik yaitu urea sebanyak 150 kg/ha dan TSP sebanyak 75 kg/ha, dan biarkan sekitar 5 hari


1.3 Perbaikan Kolam

Kondisi kolam yang rusak akan membuat kegiatan budidaya gagal. Oleh karena itu perlu adanya pemeriksaan dan perbaikan kolam budidaya sebelum kolam digunakan.


1.3.1 Bagian-bagian Kolam

Kolam sebagai wadah budidaya memiliki peran utama dalam menyediakan media yang baik sesuai persyaratan hidup biota kultivan. Ada beberapa  bagian kolam yang perlu diperhatikan kelayakannya agar proses pemeliharaan berjalan lancar yaitu :


a. Saluran air 

Saluran air merupakan salah satu bagian kolam. Posisi saluran air ini berada di depan dan di belakang kolam. Fungsi saluran air adalah untuk menyalurkan dan mengeluarkan air kekolam dan keluar kolam, serta untuk pengendali banjir apabila saat musim hujan. Oleh sebab itu saluran air dibuat harus dengan perhitungan yang cermat berdasarkan  berapa debit maksimal air yang masuk dari sumberairnya. Saluran air dengan lebar 50-75 cm sudah cukup dapat menampung debit air yang mengalir kesaluran tersebut.


b. Pematang

Pematang merupakan bagian kolam utama yang memberikan bentuk dari suatu kolam dan berfungsi agar air dapat selalu tertampung dalam volume yang cukup untuk memelihara ikan. Tanpa pematang maka air tidak akan bias tertampung atau tergenang pada suatu tempat, maka tempat tersebut tidak layak dikatakan sebagai kolam.

Pematang kolam harus dibuat dengan ukuran yang memadai sesuai dengan luas kolam. Selain kuat untuk menahan volume air, pematang juga harus mampu menahan arus air yang disebabkan oleh hujan lebat atau banjir. Pematang kolam yang baik adalah berbentuk trapesium. Lebar pematang bagian atas dan bawah hendaknya dibuat dengan perbandingan 1 : 2. Tinggi pematang harus sesuai dengan luas kolam serta jenis ikan yang akan dibudidayakan. Pematang harus lebih tinggi dari permukaan air di kolam. Misalnya apabila anda menginginkan membuat  kolam dengan ketinggian air kolam 75 cm, maka ketinggian kolam sebaiknya 100 cm.

Pematang dan dasar kolam berfungsi menahan massa air selama mungkin di dalam kolam, sehingga ikan peliharaan dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak. Pematang dan dasar kolam ada yang dibuat dari beton atau dari tanah asal dari kolam itu dibangun. Pembuatan kolam dilakukan dengan menggali permukaan tanah, dan tanah bekas galian tersebut digunakan untuk membangun pematang. 

Pematang dibuat berbentuk trapesium, dimana ukuran lebar bagian atas antara 1 – 1,5 meter, lebar bagian dasarnya      2 – 3 meter, dengan tinggi berkisar 1 – 1, 5 meter. Fungsi lain dari pematang ini adalah untuk sarana orang berjalan untuk keperluan budidaya ikan. Kadang-kadang petani dalam membuat pematang juga mempertimbangkan enis tanah yang akan dibuat kolam, sebagai contoh apabila jenis tanahnya banyak mengandung fraksitanah liat, maka kemiringnnya lebih curam. Dengan kata lain perbandingan lebar antara bagian atas dan bagian bawah lebih kecil. Untuk kolam yang jenis tanahnya banyak mengandung fraksi pasir, maka pematangnya dibuat lebih landai, agar meminimalisir terjadi longsor pada kolamnya.


c. Kamalir

Kamalir adalah saluran yang terdapat pada bagian tengah yang memanjang dari pintu pemasukan sampai pintu pengeluaran air atau bisa juga mengelilingi tanah dasar kolam. Fungsi kemalir adalah untuk mempermudah dalam menangkap ikan apabila saat dilakukan pemanenan seperti yang terlihat pada Gambar 7. Kadang-kadang pada ujung kemalir yang dekat pintu pengeluaran dibuat lubang persegi empat yang agak dalam untuk tempat berkumpul ikan apabila air pada kemalir sudah habis terkuras. Lubang ini disebut kobakan. Kedalaman kemalir ini ± 30 cm, dengan lebar yang bervariasi antara 30 – 50 cm.


d.  Pintu Pemasukan (Inlet) dan Pengeluaran (outlet)

Pintu pemasukan (inlet) dan pengeluaran air (outlet) sangat penting pada kolam, dimana fungsinya untuk mengatur volume dan sirkulasi air kolam sehingga jumlah dan mutu air dapat terjaga. Pintu pemasukan dan pengeluaran air dapat terbuat dari pipa besi, paralon, atau dari bambu yang ditanam pada pematang kolam. Diameter paralon atau bamboo dapat disesuaikan dengan debit air yang ingin dialirkan serta yang akan dibuang. 

Kadang-kadang untuk memenuhi kebutuhan debit air, terpaksa menggunakan beberapa buah pipa paralon atau bamboo sebagai pintu pemasukan dan pengeluaran air. Pintu pemasukan air letaknya pada bagian depan kolam dimana posisinya berada di dasar saluran air. Hal ini dibuat demikian agar apabila debit air yang masuk kesaluran air pemasukan kecil, masih bias disalurkan kekolam. Namun ketinggian inlet ini harus lebih tinggi dari pintu pengeluaran agar air dapat masuk dengan lancer kedalam kolam. 

Pintu pengeluaran air terletak pada bagian belakang kolam dan merupakan tempat pengeluaran air baikpadasaat air melimpah maupun pada waktu ingin menguras air kolam baik pada saat panen maupun pada saat sampling. Pintu pengeluaran air biasanya terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian atas yang fungsinya untuk membuang air yang berlebih, dan bagian bawah yang fungsinya untuk menguras dan panen. Untuk mencegah masuknya ikan liar, dan lolosnya ikan dari dalam kolam keduapintu air tersebut dipasang saringan yang bias berupa kawat kasam maupun anyaman bambu. Adanya saringan ini dapat menghambat kelancaran air yang masuk dan keluar kolam karena sering tersumbat oleh sampah. Oleh sebab itu harus selalu sering dikontrol dan dibersihkan. 

Pintu pemasukan air (inlet) berfungsi untuk memasukkan air. Air yang dimasukkan adalah air bersih yang kaya oksigen terlarut (DO), dan kalau memungkinkan kaya zathara, karena oksigen terlarut sangat dibutuhkan oleh biota air yang ada di dalam kolam terutama ikan budidaya untuk aktifitas respirasinya. Sedangkan zat hara dibutuhkan oleh fitoplankton untuk melakukan  proses  fotosintesis. 

Pintu pengeluaran air (outlet) berfungsi untuk mengeluarkan air dari dalam kolam keluar. Air yang dikeluarkan adalah air kotor yang banyak mengandung NH3, H2S, CO2, NO2, dan limbah metabolisme (metabolit) lainnya. Inlet kolam bias terbuat dari paralon atau berbentuk saluran, sedangkan  outlet  kolam terbuat dari paralon atau dari beton


1.3.2 Perbaikan Kolam

Perbaikan pintu air, pematang dancarenkolam sebaiknya dilakukan ketika kolam tersebut dalam kondisi tadak berair dan tidak ada ikan. Dengan demikian pekerjaan menjadi lebih mudah dan ikan kultur tidak terganggu. Saaat pengeringan kolam sebaiknya dilakukan perbaikanpintu air,  pematang dan caren.. 

Perbaikan pintu air, pematang dan caren ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi komponen tersebut yang mengalami kerusakan setelah digunakan untuk proses produksi siklus terdahulu. Kerusakan yang terjadi pada pematang biasanya berupa kebocoran oleh organisme lain bahkan oleh ikan Patin itu sendiri. Oleh karena itu perlu dilakukan penutupan kebocoran dan meninggikan pematang sesuai dengan ukuran yang ideal untuk kegiatan pembesaran ikan Patin. Pekerjaan ini bersamaan dengan pekerjaan pegangkatan lumpur dari dasar kolam.


1.4 Pengisian Air

Pengisian air air media kedalam kolam harus dilakukan dengan benar agar kualitas dan kualitas sesuai dengan persyaratan hidup ikan Patin. Tahapan dalam melakukan pengisian air adalah sebagai berikut :

  1. Pengisian air untuk pemeliharaan dilakukan setelah proses pemupukan dianggap selesai, proses ini dilakukan secara bertahap tujuannya yaitu untuk memberikan kesempatan pada pupuk yang ditebar bekerja. Kolam atau tambak diairi dengan cara membuka pintu air. Pintu air harus dilengkapi dengan saringan yaitu bertujuan untuk mencengah masuknya hama baik yang berupa stadia telur, larva bahkan hama yang sudah dewasa, serta masuknya sampah kedalam kolam atau tambak. selain dengan pemasangan saringan sebaiknya air yang akan dimasukkan kedalam kolam atau tambak terlebih dahulu ditampung, dalam petakan penampungan hal ini dilakukan dengan tujuan agar sedimen air mengendap di dalam bak penampung air.

  2. Pengaliran air tahap pertama dilakukan dengan memasukkan air kedalam kola atau tambak sampai mencapai ketinggian 15 – 20 cm dan kemudian dibiarkan selama 3 – 5 hari. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemupukan, pada ketinggian tersebut maka sinar matahari masih bisa mencapai dasar kolam atau tambak tempat terdapatnya pupuk. Karena dengan sinar matahari maka kan mempercepat tumbuhnya hara dan merupakan sarana untuk tumbuhnya fitoplankton di kolam atau tambak.

  3. Setelah diperkirakan bahwa pupuk telah bekerja dengan baik maka air perlahan dinaikkan sampai mencapai ketinggian air kolam atau tambak yang diinginkan hingga mencapai ketinggian air maksimum. Dengan ketinggian air yang demikian diharpakan lingkungan kolam atau tambak relatif stabil gambar 2.


Hasil gambar untuk Pengisian air di kolam leleHasil gambar untuk Pengisian air di kolam lele





Gambar 3. Pengisian air di kolam tanah dan kolam terpal.