Skip to main content

REKOMENDASI

Biodiversitas ikan di perairan darat wilayah DAS Citanduy tercatat sebanyak 92 spesies dari 41 famili. Cyprinidae merupakan famili yang paling dominan dengan 11 spesies, diikuti Cichlidae dengan 8 spesies, dan Gobiidae 7 spesies. Berdasarkan statusnya, sebagian besar merupakan ikan asli (native species) yaitu sebanyak 79 spesies atau 85,87%.  Pada dokumen ini, ikan air tawar yang didata bukan hanya yang berasal dari divisi primer akan tetapi juga divisi sekunder dan peripheral yang banyak menghuni bagian hilir/muara sungai. Terlebih, muara Sungai Citanduy berhubungan langsung dengan laguna Segara Anakan. 

Selanjutnya status konservasi dari jenis-jenis ikan tersebut jika mengacu kategori IUCN maka sebagian besar adalah berisiko rendah (LC) sebesar 73,91%, diikuti status yang belum dievaluasi (NE) seesar 14,13%, dan kekurangan data (DD) sebesar 8,69%. Adapun yang secara global sudah memerlukan perhatian khusus adalah ikan sidat spesies Anguilla bicolor dengan status mendekati terancam punah (NT), ikan paray (Rasbora lateristriata) dan mujair (Oreochromis mossambicus) yang keduanya berstatus rawan punah (VU). Status populasi untuk ketiga spesies ini di DAS Citanduy relatif belum mengkhawatirkan terlebih untuk ikan mujair yang merupakan ikan pendatang/introduksi. Selain itu di perairan wilayah DAS Citanduy juga tidak terdapat ikan yang memiliki sebaran terbatas (endemik) sehingga semuanya berstatus sebagai ikan yang umum (common species). Begitu pula dengan jenis ikan yang dilindungi, hanya terdapat jenis yang dilindungi terbatas yaitu sidat (Anguilla spp.) melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 80 Tahun 2020. 

Berkaitan dengan ancaman spesies asing/introduksi tercatat sebanyak 10 spesies yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias. Terdapat tiga spesies asing yang secara umum di wilayah Indonesia sudah dikategorikan sebagai ikan invasif, yaitu sapu-sapu, ikan seribu, dan red devil walupun di wilayah DAS Citanduy populasinya masih rendah. Keberadaan biodiversitas ikan tersebut terus mengalami ancaman yang intensitas semakin meningkat terutama akibat kegiatan antropogenik, salah satu yang mengkhawatirkan adalah sedimentasi yang tinggi dan berdampak nyata pada pendangkalan Segara Anakan. Hal ini secara tidak langsung akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan yang ada di dalamnya. 

Dalam rangkan pengelolaan biodiversitas ikan tersebut agar dapat lestari dan dimanfaatkan secara berkelanjutan maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Perbaikan kondisi hutan dan tanaman keras (reboisasi) di Kawasan Hulu DAS Citanduy untuk mengurangi sedimentasi akibat erosi

  2. Mempertahankan keberadaan dan kualitas laguna Segara Anakan yang merupakan habitat penting bagi berbagai jenis ikan.

  3. Pendataan dan monitoring biodiversitas ikan terutama untuk mengkaji status populasinya sehingga dapat dirumuskan strategi pengelolaan yang lebih baik dan implementatif.

  4. Pencegahan terhadap masuk dan berkembangnya jenis ikan introduksi yang bersifat invasive ke perairan darat.

  5. Sosialisasi dan edukasi terkait ikan sidat (Anguilla spp.) yang sudah dilindungi terbatas perlu dilakukan kepada para pemangku kepentingan agar bisa tetap lestari dan dimanfaatkan secara berkelanjutan termasuk menjaga habitat ruayanya.

  6. Pengelolaan sumberdaya ikan dan habitatnya di DAS Citanduy perlu dilakukan secara terintegrasi dengan melibatkan para pemangku kepentingan baik pada tingkat local maupun pusat.