MENENTUKAN KEBUTUHAN PAKAN
MENENTUKAN KEBUTUHAN PAKAN
Pakan memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya perikanan karena biaya pakan dapat mencapai 70% dari total biaya operasional. Mengingat tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan pakan, maka manajemen pemberian pakan harus diatur sedemikian rupa agar pakan menjadi efektif dan efisien. Pakan yang sesuai kebutuhan, baik kandungan nutrisi maupun ukuran pakannya akan efektif memacu pertumbuhan. Selain sesuai kebutuhan nutrisinya, ukuran pakan ikan juga harus ditentukan sesuai prosedur. Secara rinci, penentuan dan kebutuhan pakan dan proses pemberian pakan akan dibahas lebih lanjut.
3.1 Perhitungan Kebutuhan Pakan
Sebelum diberikan pada ikan lele, pakan ikan terlebih dahulu diketahui jenis dan jumlahnya. Perhitungan kebutuhan pakan yang tepat akan meningkatkan efisiensi biaya. Perhitungan pakan sendiri berhubungan umur dan bobot ikan, jenis ikan, sistem budidaya, padat tebar dan metode pemberian pakan yang telah ditentukan. Setelah mengalami waktu pemeliharaan tertentu, ukuran ikan bertambah berat atau biasa disebut tumbuh. Ikan tumbuh karena jumlah pakan yang diberikan melebihi kebutuhan untuk perawatan tubuhnya, seperti untuk menggerakkan organ-organ tubuh atau berenang. Dalam budidaya ikan pertumbuhan ikan selalu dikaitkan dengan waktu, sehingga dikenal istilah laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan adalah selisih berat awal ikan dengan berat ikan setelah masa pemeliharaan tertentu dibagi lamanya pemeliharaan
Terdapat berbagai macam metode pemberian pakan, yang tentunya berbeda pula cara penentuan kebutuhan pakan pada masing-masing metode tersebut. Ketepatan dalam memilih metode pemberian pakan yang disesuaikan dengan jenis ikan, umur, kebiasaan ikan akan mengoptimalkan nilai konversi pakan. Pada bahan ajar ini akan dibahas beberapa metode yang digunakan dalam menentukan kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan
3.1.1 Metode Penentuan Kebutuhan Pakan
Kebutuhan pakan ikan harus di estimasi sebelum kegiatan pemeliharaan dilakukan sehingga kita dapat memelihara ikan dalam media budidaya sesuai dengan kemampuan biaya. Metode penentuan kebutuhan pakan dapat digunakan sebagai acuan dalam mengestimasi kebutuhan pakan ikan. Beberapa metode tersebut antara lain metode persentase, satiasi, ad libitum, Blind Feeding.
1. Metode Persentase
Penentuan jumlah pakan (Feeding Rate) merupakan penjabaran dari metode persentase. Pada metode ini, kebutuhan pakan juga dapat dilakukan berdasarkan hasil sampling populasi dan biomassa ikan yang dikalikan dengan nilai feeding rate. Persentase pakan yang diberikan akan bergantung pada jenis ikan, umur ikan. Ikan jenis karnivora akan memiliki nilai persentase pakan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis herbivora.
Metode ini biasanya digunakan pada pemeliharaan induk sehingga produksi gonad dapat diatur. Pada kegiatan budidaya lele kurang begitu populer digunakan karena sifat ikan lele yang rakus dan selalu merasa lapar. Pada ikan Patin metode ini biasa digunakan pada pemeliharaan induk dan treatment ikan sakit saja. Adapun langkah-langkah pada penerapan metode ini adalah sebagai berikut :
-
Sampling ikan Patin dilakukan pada beberapa titik agar ikan yang diambil mewakili keseluruhan populasi ikan dalam kolam pemeliharaan
-
Bobot rata-rata ikan ditentukan dengan cara menimbang bobot total ikan terambil kemudian dibagi jumlah ekor ikan terambil
-
Dengan diketahuinya bobot ikan rata-rata per ekor, maka kita dapat mengestimasi bobot biomassa total ikan dalam kolam dengan mengkalikan bobot rata-rata per ekor ikan dengan jumlah ekor estimasi total ikan dalam kolam
-
Untuk menghitung kebutuhan pakan harian, maka dapat dilakukan dengan cara mengkalikan biomassa total ikan dalam kolam dengan nilai Feeding Rate yang di inginkan
Contoh :
Hasil sampling dari beberapa titik di kolam diperoleh 50 ekor ikan. Setelah ditimbang ternyata bobot total ikan terambil adalah 2, 5 kg. Total ikan ditebar adalah 10.000 ekor dengan estimasi Survival Rate (SR) 95%. Jika nilai Feeding Rate 3%, berapakah jumlah pakan harian yang diberikan?
Jawab :
Bobot total biomassa adalah 2.500 gr
Bobot rata-rata tiap ikan = 2.500 gr / 50 ekor
= 50 gr/ekor.
Total biomassa ikan dalam kolam = ( Jumlah tebar x SR) x Bobot per ekor ikan
= (10.000 ekor x 95%) x 50 gr
= 9.500 ekor x 50 gr
= 475.000 gr
Jumlah pakan pada hari ini = 475.000 gr x 3%
= 14.250 gr
= 14,25 kg.
Jadi jumlah pakan yang diberikan pada hari tersebut total adalah 14,25 kg yang terbagi menjadi beberapa kali pemberian pakan sesuai yang ditentukan. Misal sehari 2 kali pemberian pakan maka pemberian pakan di bagi dua pagi dan sore.
Metode persentase ini memiliki kesulitan bahwa kita harus akurat dalam mengestimasi biomassa ikan dalam kolam, karena akan menentukan jumlah pakan yang akan diberikan. Kesalahan dalam mengestimasi jumlah pakan, maka akan mengakibatkan ketidak sesuaian pemberian pakan yang berdampak ekonomis. Untuk mempermudah dalam mengestimasi biomassa, maka pemberian pakan metode ini dilakukan pada ikan setelah tingkat kematian rendah dalam masa pemeliharaan agar SR dapat di estimasi secara akurat.
2. Metode Satiasi
Metode satiasi ini artinya adalah pemberian pakan sampai kenyang. Artinya bahwa tingkat kekenyangan pada ikan dapat kita tentukan. Dalam menentukan tingkat kekenyangan tentunya juga harus memperhatikan jenis, umur dan kebiasaan ikan. Tingkat kekenyangan total artinya bahwa ikan dalam kondisi 100% kenyang dimana ikan tidak memiliki nafsu makan kembali selama beberapa saat setelah diberikan pakan. Pemberian pakan dengan satiasi penuh ini akan berdampak pada tingginya produksi feses dalam waktu yang relatif singkat, karena proses pencernaan pakan dalam perut ikan akan berjalan relatif lebih cepat. Hal tersebut mengakibatkan kerja mikroba pengurai menjadi berat sehingga beresiko munculnya bahan organik tak terurai yang bersifat toxic/racun. Selain dampak terhadap kualitas air, ikan dengan pemberian pakan sampai kenyang total akan memiliki gerakan yang melambat, cenderung diam yang berakibat pada mudahnya parasit dan patogen menempel, dan diserang oleh ikan lain yang mengakibatkan luka.
Pemberian pakan dengan metode satiasi ini dapat ditentukan pada nilai 80 – 90% kenyang. Fungsi dari pemberian pakan tidak penuh 100% adalah untuk mengefisien dan mengefektifkan proses pencernaan pakan ikan,mengkontrol produksi feses, dan menjaga agar ikan selalu aktif sehingga patogen tidak mudah menempel dan terhindar dari serangan ikan lain. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk dapat menerapkan metode ini adalah sebagai berikut :
-
Bobot pakan total dalam satu hari di tentukan berdasarkan jumlah pakan yang diberikan sesuai frekuensinya
-
Total pakan harian kemudian dikalikan dengan nilai tingkat kekenyangan yang diinginkan apakah 80% atau 90%
-
Nilai hasil perkalian tersebut diperoleh bobot pakan yang akan diberikan dalam beberpa hari kedepan sebelum dilakukan sampling tingkat kekenyangan kembali untuk meningkatkan jumlah pakan secara bertahap.
-
Hasil perhitungan bobot total pakan harian kemudidan dibagi menjadi beberapa kali pemberian pakan sesuai frekuensi pemberian pakan yang telah ditentukan
Contoh :
Jika ditentukan nilai satiasi 80%, pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari dengan jumlah yang sama. Berapa jumlah pakan setiap pemberian pakan dengan tingkat satiasi 80 %, jika tingkat kekenyangan penuh adalah hari ini adalah 20 kg?
Jawab :
Jumlah pakan diberikan setiap pemberian pakan
= Jumlah pakan pada kondisi satiasi 100% x tingkat satiasi yang diinginkanFrekwensi pemberian pakan
= 20 kg x 80% 2
= 8 kg.
Jadi jumlah pakan yang diberikan setiap pemberian adalah 8 kg dengan total pakan harian 16 kg. Pemberian pakan sebanyak 16 kg dalam sehari dapat dilakukan selama 3 hari kedepan dan akan dilakukan sampling kekenyangan (satiasi 100%) kembali untuk dapat dihitung kembali jumlah pakan dihari berikutnya dengan satiasi 80%.
Jika dibandingkan dengan metode persentase, maka metode ini relatif lebih mudah dalam pelaksanaanya karena tidak memerlukan sampling bobot ikan. Sehingga kesalahan/erroe pada estimasi bobot biomassa tidak ada. Metode ini biasa diterapkan pada budidaya ikan lele baik pada sistem bioflock atau sistem intensif lainnya. Pertumbuhan ikan akan lebih optimal dengan metode ini selain kualitas air juga terjaga karena feses yang dihasilkan lebih sedikit.
3. Metode Ad Libitum
Penerapan metode ini biasanya dikombinasikan dengan metode persentase, dan satiasi. Pemberian pakan dilakukan secara terus menerus tentunya memerlukan energi lebih untuk memberikan pakan. Maka metode ini lazimnya diterapkan dengan menggunakan automatic feeder. Pemberian pakan dapat dilakukan setiap 15 atau 30 menit sekali. Pemberian pakan dengan metode ini akan mempercepat pertumbuhan dan menurunkan FCR karena kondisi ikan selalu dalam kondisi kenyang atau tidak pernah lapar. Sebagai dampak tambahan adalah ukuran ikan yang dihasilkan relatif rata.
Metode ini banyak diterapkan pada budidaya udang sistem super intensif sedangkan pada budidaya ikan biasa diterapkan pada budidaya ikan sistem air deras (Running Water System Aquaculture). Penerapan metode ini sebaiknya dilakukan dengan automatic feeder untuk menjaga konsistensi jumlah pakan dan waktu pemberian pakan. Metode ini sebenarnya hanya memiliki perbedaan pada teknik pemberiannya saja dengan metode-metode sebelumnya. Karena metode ini dapat dikombinasikan dengan metode lain untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan.
4. Metode Blind Feeding
Sama dengan metode ad libitum, metode Blind Feeding ini adalah metode cara pemberian pakan sedangkan penentuan jumlah pakan yang diberikan adalah penetapan yang sudah lazim dilakukan. Metode ini biasa digunakan pada budidaya udang pada awal tebar. Pemberian pakan dilakukan berdasarkan perkiraan dengan jumlah pakan 100% dari total estimasi bobot biomassa. Sehingga penerapan metode ini dilakukan hanya beberapa hari saja, karena jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan dapat merusak kualitas air karena bahan organik meningkat signifikan dan hilangnya nafsu makan ikan.
Pemberian pakan dengan metode ini pada ikan lele biasa dilakukan pada tahap pembenihan dimana pemberian pakan diberikan dengan perkiraan bahwa benih telah kenyang yang ditandai dengan ciri-ciri ikan kenyang seperti berenang naik turun atau berdiam diri di dasar. Pada kegiatan pembesaran, metode ini dapat dilakukan pada awal pemeliharaan saja dimana kondisi ikan masih dalam keadaan stres akibat perbedaan kondisi media dan transportasi benih. Jumlah pemberian pakan hanya di kira-kira sampai ikan dirasa kenyang atau nafsu makan menurun.
3.1.2 Penentuan Kebutuhan Pakan Ikan Patin
Ikan Patin jika dilihat dari sifatnya merupakan biota nocturnal dimana ikan lele akan lebih aktif pada malam hari, untuk itu sebaiknya pemberian pakan pada malam hari lebih banyak dibandingkan pemberian pakan pada siang hari. selain pertimbangan sifat, kebutuhan pakan juga dipengaruhi oleh umur ikan dan ukurannya. Semakin besar ikan, maka kebutuhan pakannya akan semakin sedikit jika dihitung persentase per bobot tubuhnya, namun secara kuantitas akan meningkat.
Pakan yang diberikan pada ikan harus memenuhi persyaratan yang dibutuhkan oleh ikan seperti ukuran, kandungan nutrisi, jumlah pakan yang diberikan dan frekuensi pemberiannya. Pakan yang sesuai akan mengoptimalkan pertumbuhan. Data mengenai kebutuhan pakan ikan lele disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kualifikasi pakan ikan Patin berdasarkan bobot ikan
Sumber : Suprapto (2013), Samtafsir (2013).
Mengingat sifat ikan lele yang cepat lapar dan kanibal, maka pemberian pakan harus tepat waktu dan tepat jumlah agar FCR dan SR tetap terjaga. Pakan harus diestimasi dari awal sehingga kekurangan pakan tidak terjadi.
4.2 Manajemen Pemberian Pakan
Suhu media yang optimum akan mendorong enzim-enzim pencernaan dan metabolisme untuk bekerja secara efektif. Konsumsi pakan yang tinggi yang disertai dengan proses pencernaan dan metabolism yang efektif, akan menghasilkan energi yang optimal untuk pertumbuhan dan reproduksi. Proses metabolism ikan umumnya meningkat jika suhu naik hingga dibawah batas yang mematikan. Berdasarkan hokum van’t hoff, kenaikan suhu sebesar 100 C akan menyebabkan kecepatan reaksi metabolism meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan pada kondisi normal. Kebutuhan protein pada ikan untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimum sangat dipengaruhi oleh suhu. Tingginya kadar metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar.
Pemberian pakan dapat dilakukan 4 kali dalam sehari untuk benih yang baru tebar selama 2 minggu, selanjutnya pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali hingga ikan lele dipanen. Pemberian pakan dilakukan dengan metode persentase atau satiasi 80% yang artinya ikan lele tidak kenyang 100%. Dan akan dilakukan penambahan atau perhitungan ulang setiap 3 hari sekali. Pengurangan pakan dilakukan ketika kesehatan ikan menurun dan nafsu makan hilang. Penambahan vitamin dan probiotik dapat dilakukan melalui pencampuran pada pakan.
3.2.1 Program Pemberian Pakan
Perencanaan pemberian pakan dapat dilakukan terlebih dahulu dalam menyusun program pemberian pakan sehingga pakan yang diberikan nantinya sesuai dengan kebutuhan. Beberapa hal yang dilakukan dalam program pemberian pakan adalah penentuan jadwal pemberian pakan, penambahan additif pada pakan, dan fermentasi pakan. Hasil maksimal dapat diperoleh berupa rendahnya nilai FCR jika pemberian pakan dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar.
a. Jadwal Pemberian Pakan
Frekuensi pemberian pakan dan jumlah pakan yang diberikan dipengaruhi oleh umur dan ukuran ikan. Semakin besar ikan maka frekuensi pemberian pakan dapat dikurangi namun jumlah total pakan semakin ditingkatkan. Jumlah pakan yang diberikan dapat ditetapkan dengan metode persentase atau dengan metode satiasi. Tingkat satiasi dapat ditetapkan 90% pada awal pemeliharaan dan menurun menjadi 80%. Sedangkan persentase akan diturunkan seiring meningkatnya bobot dan ukuran ikan. Frekuensi dan program pakan secara rinci disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakannya
Sumber : Suprapto (2013), Samtafsir (2013).
Pemberian pakan sesuai frekuensi dengan tabel diatas dapat diterapkan dengan membagi waktu dalam sehari atau 24 jam dan dalam menentukan sebaiknya dipertimbangkan kemudahan dalam pelaksanannya. Untuk jumlah pakan pada sore atau malam hari sebaiknya ditambah hingga 10% dari pemberian pakan siang hari menyesuaikan dengan tingkat keaktifan ikan lele pada malam hari.
b. Penambahan Additif Pakan
Untuk meningkatkan vitalitas, meningkatkan imun ikan maka perdilakukan penambahan additif pada pakan baik berupa vitamin maupun bahan aktif herbal. Penambahan additif ini dapat dilakukan secara rutin 3 – 5 hari sekali dengan cara mencampurnya pada pakan/aplikasi secara oral. Additif pakan merupakan bahan yang ditambahkan pada pakan saat pakan akan diberikan pada ikan. Istilah additif pakan lebih dikenal dengan “feed suplement”. Penggunaan additif pakan ini sering dilakukan dengan menggunakan 2 cara yang disesuaikan dengan kebutuhan pembudidaya, yaitu :
-
Additif pakan nutritif, yaitu menambahkan pakan yang akan diberikan dengan menggunakan bahan yang bersifat nutrisi untuk ikan, misalkan dengan menambahkan vitamin, mineral, asam amino dan asam lemak
-
Additif pakan non nutritif, yaitu bersifat tidak menambahkan nutrisi tetapi memiliki fungsi lain yaitu untuk pengobatan atau untuk meningkatkan kekebalan (daya tahan) ikan terhadap serangan penyakit (antibiotik, imonustimulan, probiotik dan estrak tanaman).
Penambahan additif pakan dapat dilakukan dengan melarutkan bahan yang akan ditambahkan pada perekat yang kemudian dicampurkan pada pakan secara merata dan diangin-anginkan agar bahan additif betul betul menyerap dan merekat pada pakan. Sebaiknya setelah penambahan bahan additif pakan jangan dijemur, cukup diangin-anginkan saja agar bahan aktif pada additif pakan tidak rusak.
c. Fermentasi Pakan Pakan
Seperti diketahui bersama bahwa setiap pakan yang kita berikan, maka 3- - 40 % saja yang terserap oleh ikan untuk aktifitas dan pertumbuhan. Selebihnya akan terbuang atau tidak tercerna oleh ikan. Dan ini menjadi permasalahan karena tingginya feses ikan dengan kandungan protein tinggi akan meningkatkan bahan organik dalam media pemeliharaan yang bersifat toxic jika tidak segera diurai. Untuk meningkatkan nilai kecernaan pakan yang diberikan maka salah satu langkah yang dapat dikerjakan adalah melakukan fermentasi pakan.
Fermentasi pakan akan meningkatkan kecernaan karena pada proses fermentasi maka rantai senyawa nitrogen berupa peptida akan di putus menjadi struktur yang lebih pendek sehingga akan lebih mudah diserap oleh organ pencernaan ikan. Dengan demikian maka tingkat penyerapan pakan akan meningkat hingga 20 – 30%. Bahan organikpun akan menurun konsentrasinya di air media pemeliharaan karena memang inputnya dari feses menurun dan mudahnya feses ikan hasil pemberian pakan fermentasi untuk diurai oleh mikroba pengurai berupa bakteri.
Fermentasi pakan dapat dilakukan sebelum pan diberikan. Fermentasi dapat dilakukan selama 3 – 7 hari. Ciri-ciri bahwa pakan berhasil difermentasi adalah munculnya jamur berwarna putih. Hasil fermentasi pakan ini dapat bertahan beberapa hari yaitu 5 – 10 hari selama belum terjadi kontaminasi dan munculnya jamur beracun yang ditandai dengan warna mencolok seperti warna jingga atau ungu.
Langkah-langkah dalam melakukan fermentasi pakan adalah sebagai berikut :
-
Pencampuran probiotik, molase dan air dengan perbandingan 100 ml : 100 ml : 3 liter. Ketiga bahan digunakan sebagai fermentan
-
Pakan di tempatkan pada wadah yang memiliki tutup, kemudidan campurkan bahan fermentan
-
Campuran diaduk secara merata dan ditutup selama 2-7 hari.
-
Pakan dapat diberikan setelah pakan selesai difermentasi
Selain meningkatkan kecernaan, beberapa fungsi lain dari proses fermentasi pakan sebelum diberikan antara lain adalah sebagai berikut :
-
Penggunaan Pakan lebih Hemat
-
Pakan bisa langsung dicerna oleh usus ikan
-
Tekstur Pellet lebih Lembut
-
Lebih menghemat energi bagi ikan
-
Menambah Nutrisi pakan
-
Meningkatkan Nafsu Makan Ikan
Fermentasi dapat dilakukan sekaligus atau akumulasi untuk 10 hari kedepan sehingga proses fermentasi tidak terlalu sering dilakukan untuk menyederhanakan kegiatan.
3.2.2 Pemberian Pakan Ikan Patin
Teknik pemberian pakan akan mempengaruhi keseragaman ukuran, dan pertumbuhan ikan. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan secara merata dan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk memperbesar peluang ikan mendapatkan jumlah pakan yang sama dalam satu waktu pemberian pakan. Pemberian pakan pada masa pemeliharaan ikan harus konsisten dan setiap pemberian pakan dilakukan secara merata. Perbedaan ukuran akan terlihat jika pemberian pakan tidak konsisten dan tidak merata.
Pakan yang diberikan adalah pakan yang telah dilakukan fermentasi atau ditambah dengan additif pakan agar lebih berdampak terhadap pertumbuhan dan kualitas air yang tetap terjaga karena konsentrasi bahan organik yang rendah. Sesuai dengan program pakan, maka pakan untuk ikan dengan ukuran kecil atau masa awal tebar diberikan dengan jumlah dan frekuensi yang lebih banyak. Berikut ini langkah-langkah dalam memberikan pakan ikan Patin:
-
Pakan hasil fermentasi atau penambahan additif ditimbang sesuai kebutuhan dan ditempatkan pada wadah pemberian pakan
-
Pakan dalam wadah dibawa pada saat penebaran pakan
-
Pakan ditebar secara cepat sehingga persebaran pakan terjadi seluas mungkin dalam kolam pemeliharaan
-
Perilaku ikan selama dan sesudah pemberian pakan diamati
-
Peralatan pemberian pakan dirapihkan kembali setelah dilakukan pemberian pakan.
-
Pencatatan aktifitas pemberian pakan pada formulir laporan pemberian pakan.
Jumlah pemberian pakan dapat dikurangi jika terjadi penurunan nafsu makan. Hal tersebut bisa dikarenakan ikan sakit atau rusaknya kualitas air. Pemberian pakan dapat dilakukan setelah nafsu makan ikan kembali seperti semula setelah dilakukan tindakan pengobatan atau perbaikan kualitas air. Penurunan akibat ikan sakit dapat dilakukan 50 – 75% dari total pakan yang diberikan pada hari sebelumnya. Pada masa kritis pemberian pakan hanya untuk mencampurkan obat-obatan saja.
3.2.2 Pembuatan Laporan Pemberian Pakan
Dokumentasi pemberian pakan akan menjadi sangat penting karena menjadi rekaman saat akan dilakukan perhitungan biaya produksi dan penerapan Standar Operaional Prosedur (SOP) pemberian pakan bagi pekerja. Pelaporan proses pemberian pakan harus dibuat untuk melengkapi dokumen penerapan CBIB. Dari pelaporan pemberian pakan maka akan diketahui jumlah pakan yang telah dihabiskan sehingga dapat diketahui nilai FCR dan biaya yang dihabiskan untuk pembelian pakan.
Rekaman atau pencatatan dapat digunakan sebagai laporan produksi kepada atasan maupun sebagai dokumen untuk menelusuri proses pemberian pakan. Kesalahan dalam proses pemberian pakan akan terlihat sehingga dapat dilakukan koreksi atau perbaikan pada operator pelaksana pemberian pakan. Contoh dokumen berupa formulir pemberian pakan dapat dilihat pada Lampiran 1.