PENGELOLAAN KUALITAS AIR
MENGUKUR KUALITAS AIR
Air merupakan komponen atau media yang penting bagi kehidupan ikan. Hubungan antara kualitas air dengan tingkat produksi ikan dapat diukur dengan parameter-parameter seperti suhu, salinitas, warna, plankton, kadar oksigen, tingkat pH, karbondioksida, amonia, dan hidrogen sulfida
Tentunya setiap parameter tersebut mempunyai standar ukuran kelayakan untuk setiap jenis ikan dan air serta peran setiap parameter dalam meningkatkan kualitas air. Berbagai penelitian dalam domain kualitas air untuk perikanan telah banyak dilakukan dengan berbagai macam permasalahan dan metode penyelesaiannya. Salah satu cara mengukur kualitas air untuk budidaya ikan Patin adalah dengan membangun teknologi probiotik dan membandingkan dengan kondisi nonprobiotik dengan memperhatikan parameter kualitas air, yaitu suhu, oksigen, pH, dan amonia.
5.1 Metode Pengukuran Kualitas Air
Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian sendiri dapat dilakukan dengan pengujian parameter fisika, kimia dan biologi. Pengelolaan kualitas air adalah suatu usaha untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tidak rusak. Untuk mengetahui baik atau tidaknya parameter suatu kolam maka perlu dilakukan pengukuran kualitas air. Adapun beberapa metoda yang digunakan dalam pengukurannya adalah metode visual, titrasi, maupun penggunaan peralatan digital untuk parameter kimia.
4.1.1 Metode Pengukuran
Pengujian sampel baik kualitas air, maupun tanah dapat dilakukan secara in situ maupun ex situ. Pengujian in situ dilakukan pada lokasi pemeliharaan dan biasanya dilakukan untuk parameter kualitas air yang tersedia alat ukurnya seperti parameter fisika suhu, kecerahan dan kedalaman.parameter kimia seperti DO, pH, NH4, dan alkalinitas. Sedangkan pengujian ex situ dapat dilakukan di laboratorium seperti pada identifikasi parameter biologi seperti jenis plankton, jumlah dan sebarannya.
Pengambilan sample air atau pengukuran sampel dapat dilakukan dari beberapa titik dalam satu kolam kemudian di kompositkan atau di campur dan diambil rata-rata sehingga hasil pengukuran akan lebih akurat dan mewakili nilai kualitas air dalam satu kolam. Pengukuran kualitas air dapat dilakukan setiap hari pada titik-titik kritis untuk parameter tertentu seperti DO, suhu, dan pH air karena kualitas air tersebut dapat menjadi faktor pembatas dalam pemeliharaan ikan lele.
4.1.2 Penyiapan Alat Ukur Kualitas Air
Peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan pengukuran harus dalam kondisi yang baik dan diperiksa kelengkapannya. Beberapa peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran kulaitas air dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Peralatan pengukuran kualitas air
Pemeriksaan kelayakan peralatan ukur kualitas air adalah langkah pertama yang dilakukan ketika akan digunakan. Tahapan berikutnya adalah mengkalibrasi peralatan sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Agar dalam mengukur kualitas air tidak terjadi kontaminasi, maka dapat dilakukan pencucian setiap akan dilakukan pengukuran pada kolam yang berbeda.
4.2 Pengukuran Parameter Kualitas Air
Kualitas air yang baik akan memberikan pengaruh terhadap nafsu makan karena bila nafsu makan ikan baik maka pertumbuhan akan cepat oleh karena itu kualitas air harus dikelola dengan baik dalam hal ini kualitas air harus sesuai dengan kebutuhan hidup ikan Patin. Ada beberapa parameter kualitas air dalam pembesaran ikan Patin dibagi menjadi 3 parameter yaitu : parameter fisika, kimia,dan biologi.
5.2.1 Pengukuran Parameter Fisika Air
Parameter fisika yang perlu diukur dalam kegiatan pembesaran ikan lele antara lain suhu, kecerahan dan kedalaman. Pengukuran parameter fisika dapat dilakukan pada lokasi budidaya dengan menggunakan thermometer, dan sechi disc.
-
Parameter Fisika Air
Pengamatan parameter fisika sebaiknya dilakukan secara rutin agar dinamika perubahan kualitasnya tidak mengakibatkan perubahan kualitas kimia dan biologi air. Beberapa parameter fisika yang diamati dapat dijabarkan sebagai berikut:
-
Suhu
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.
Faktor yang mempengauhi tinggi rendahnya suhu adalah :
-
Letak terhadap garis edar matahari
-
Letak ketinggian dari permukaan laut
-
Musim
-
Cuaca
-
Naungan
-
Waktu pengukuran
-
Kedalaman
Kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air juga memperlihatkan peningkatan dengan naiknya suhu yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Suhu tubuh ikan secara normal akan sama dengan suhu perairan. Hal ini akan berdampak pada aspek fisiologis ikan karena tergantungnya laju metabolisme dengan suhu lingkungan. Bila suhu tinggi maka proses metabolisme akan berjalan lebih cepat, sehingga nafsu makan ikan tinggi, kebutuhan oksigen menjadi tinggi dan metabolit yang dihasilkan seperti amonia, urine dan karbondioksida semakin tinggi.
Kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah antara 25 – 30 oC. fluktuasi suhu harian sebaiknya tidak lebih dari 2 oC. pengadukan/aerasi harus merata agar tidak ada perbedaan suhu antara air dasar dan air permukaan. Pengukuran suhu sebaiknya secara siklus harian dengan menggunakan termometer, sehingga suhu yang terukur benar-benar akurat tanpa banyak dipengaruhi oleh suhu sekitarnya.
-
Kecerahan
Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan yang mana suatu sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya.dalam kata lain kecerahan adalah pencerahan yang terhasil dari pada kekilauan sasaran penglihatan, kecerahan merupakan suatu ukuran dimana cahaya didalam air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi dari suatu bahan pencemaran, antara lain bahan organik dari buangan-buangan industri, rumah tangga, pertanian yang terkandung di perairan. Standar kecerahan yang baik untuk budidaya ikan Patin adalah antara 25 – 30 cm (SNI 6483.3:2000).
-
Kedalaman
Kedalaman disuatu perairan saangat penting untuk diperahatikan, hal ini diakrenakan kedalaman suatu perairan dapat mempengaruhi jumlah cahaya yang akan masuk ke perairan dan ketersediaan oksigen diperairan tersebut, jika disuatu perairan kekurangan cahaya masuk kedalamnya maka ikan tersebut akan stress. Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen, biasanya diperairan dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan perairan dangkal.
2 Pengukuran Parameter Fisika Air
Pengukuran parameter fisika harus dilakukan dengan benar agar hasil yang didapatkan dapat akurat. Adapun langkah dalam melakukan pengukuran parameter fisika adalah sebagai berikut:
-
Pengukuran suhu :
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu air adalah thermometer, adapun langkah dalam penggunaan thermometer adalah :
-
Termometer diperiksa kelayakannya agar hasil yang ditunjukkan akurat
-
Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan termometer secara keseluruhan kedalam air kolam, terutama bagian dasar.
-
Setelah didiamkam selama ½ menit, angkat termometer hingga terlihat, namun tetap diposisikan didalam air.
-
Untuk melihat skala yang ditunjukkan maka termometer dimiringkan sehingga posisi memanjang didalam air
-
Baca skala yang ditunjukkan oleh termometer
-
Catat pada formulir yang tersedia
-
Pengukuran kecerahan :
Alat yang digunakan untuk mengukur kecerahan pada air budidaya dapat menggunakan alat yang cukup sederhana yaitu sechi dish, adapun langkah pengukuran adalah :
-
Periksa dan bersihkan sechi disc agar dalam melakukan pengamatan akurat
-
Masukan sechi disc kedalam badan air sampai tidak terlihat dan dicatat piringan sechi disc tidak terlihat lagi pada kedalaman berapa
-
Angkat kembali sechi disc sampai terlihat kembali, catat pada kedalaman berapa sechi disc terlihat kemudian dicatat
-
Nilai kedalaman sechi disc saat turun dan saat naik kemudidan dirata-rat nilainya.
-
Catat nilai rata-rata kecerahan hasil pengukuran pada formulir yang tersedia
-
Pengukuran kedalaman :
Pengukuran kedalaman dilakukan dengan tongkat skala dengan cara memasukan tongkat skala pada kolam sampai kedasar kolam. Baca skala yang ditunjukkan tongkat skala kemudian dilakukan pencatatan pada formulir yang tersedia.
5.2.2. Pengukuran Parameter Kimia Air
Pengukuran parameter kimia air ddapat dilakukan secara in situ maupun ex situ. Pengukuran secara in situ dapat dilakukan dengan peralatan digital seperti pH pen, DO meter dan sebagainya.
1. Parameter Kimia Air
Beberapa parameter yang perlu diamati pada kegiatan pemeliharaan ikan lele antara lain adalah pH dan DO dan amoniak.
-
Dissolved Oxygen (DO)
Jumlah kandungan oksigen (O2) yang terkandung dalam air disebut oksigen terlarut. Satuan kadar oksigen terlarut adalah ppm (part per million). Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya temperatur, salinitas, pH dan bahan organik. Salinitas semakin tinggi, kelarutan oksigen semakin rendah.
Oksigen adalah unsur vital yang di perlukan oleh semua organisme untuk respirasi dan sebagai zat pembakar dalm proses metabolisme. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya daur kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme.
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke dalam air.
Kebutuhan oksigen bagi ikan mempunyai dua aspek yaitu :
-
Kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu
-
Kebutuhan konsumtif yang tergantung pada keadaan metabolisme ikan.
Sumber atau proses penghasiloksigen di dalam air adalah :
-
Proses difusi dari udara, proses iniberlangsung bila terjadi perbedaan tekanan parsial antara kadar oksigen dalam air dan di udara. Bila kadar oksigen dalam air lebih kecil maka oksigen diudara akan terdifusi ke dalam air, sehingga oksigen dalam air akan bertambah. Proses ini akan meningkat bila permukaan air lebih luas, misalnya dengan adanya angin, gelombang, percikan air dan sebagainya.
-
Proses fotosintesa dari fitoplankaton di dalam air.
Jumlah konsentrasi oksigen terlarut yang terdapat di suatu perairan bergantung kepada kondisi suhu dan salinitas perairan itu sendiri, serta aktifitas turbulensi (agitasi) yang menyebabkan terjadinya difusi gas oksigen dari udara ke dalam air. Kadar oksigen terlarut di suatu perairan juga berfluktuasi secara harian. Faktor utama penyebab fluktuasi tersebut adalah aktivitas fotosintesis tumbuhan (fitoplankton) dan respirasi organisme heterotrof.
Oleh karena itu tampak dengan jelas bahwa ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktivitas ikan. Konversi makanan, demikian juga laju pertumbuhan, bergantung pada oksigen dengan ketentuan bahwa selama faktor kondisi lainnya optimum.Berdasarkan hal-hal tersebut, nilai ambang untuk pertumbuhan pada umumnya digunakan sebagai pedoman dalam budidaya. Oleh karena itu kebutuhan optimum kadar oksigen terlarut untuk pertumbuhan biota atau ikan akuakultur adalah berkisar adatar 4 – 8 mg/l dengan batas minimum 3-4 mg/l . Ikan-ikan yang dapat bernafas dari udara seperti golongan catfish kurang sensitif terhadap kandungan oksigen. Beberapa ikan dapat hidup dalam waktu lebih pendek atau lebih lama pada saat ketersediaan oksigen sangat rendah.
-
pH
Nilai pH merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. Karbonat, hidroksida, dan bikarbonat akan meningkatkan kebasaan air, sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam bikarbonat meningkatkan keasaman. Nilai pH menggambarkan kondisi asam-basa perairan, nilai pH berkisar antara 0 – 14 dan pH 7 merupakan pH netral. Konsep nilai pH didasarkan oleh ionisasi di dalam air.
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras.
Untuk mencegah fluktuasi pH yang berlebihan, dapat dilakukan dengan mengatur pH dengan perlakuan tertentu yaitu dengan membunuh sebagian plankton, mengencerkannya atau dengan penambahan bahan tertentu, misalnya kapur untuk menaikkan pH. Sedangkan untuk menurunkan pH dapat dilakukan dengan fermentasi dan molase. Perlakuan fermentasi dan molase sebaiknya dilakukan pada pagi hari, sedangkan aplikasi kapur pada malam hari. Tidak disarankan menggunakan larutan asam atau basa kuat dalam perlakuan ini.
Nilai pH dipengaruhi oleh aktivitas biologis misalnya fotosintesis dan respirasi organisme, serta keberadaan ion-ion dalam perairan tersebut. Perubahan pH akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis. Nilai pH yang tinggi akan meningkatkan persentase dari amonia yang tidak terionisasi dan meningkatkan kecepatan pengendapan fosfat di perairan. Pada budidaya ikan lele ii, pH yang cocok adalah berkisar antara 6,5 – 8 (SNI 6484.3:2014).
-
Amoniak (NH4)
Sisa pakan dan kotoran ikan dapat menjadikan senyawa amonia, jika dalam kondisi aerob maka amonia akan mengalami nitrifikasi menjadi Nitrit (N2) dan kemudian dilepas keudara dalam bentuk senyawa Nitrat (N3). Namun jika dalam kondisi an aerob maka amonia (NH4-N) akan bertransformasi menjadi NH3 yang bersifat toksik bagi ikan.
Kadar toleransi ammonia bagi sebagain besar ikan budidaya adalah antara 0,6 dan 2,0 mg/l. Namun dalam SNI 6484.3:2014 tentang budidaya ikan lele, standar kadar amonia dalam kolah adalah maksimal 0,1 mg/L. kadar ammonia tidak dapat diukur secara langsung tetapi kadar ammonia tidak dapat diukur secara langsung tetapi harus ditentukan dari table setelah pengukuran nitrogen ammonia total, pH dan suhu.
Sumber utama penghasil ammonia terlarut dalam air adalah proses pembusukan bahan organic yang banyak emngandung protein yaitu kotoran hasil sekresi dan sisa pakan. Bila pembusukan oleh bakteri Nitromonas terjadi secara terus menerus dan dalam jumlah besar sehingga oksigen di dasar tidak dapat menetralisir maka didasar perairan akan terjadi penumpukan ammonia.
Untuk dapat mengetahui kandungan ammonia dapat dilakukan analisis dengan metode colorimetri selain itu dapat digunakan alat spectrofometer.
2 Pengukuran Parameter Kimia Air
Pengukuran parameter kimia air dapat dilakukan dengan peralatan digital. pH diukur dengan pH meter yang telah di kalibrasi dan diperiksa catu dayanya sehingga hasil yang diperoleh adalah hasil yang akurat. Sedangkan DO diukur dengan DO meter yang tentunya sudah diperiksa catu dayanya dan telah dilakukan kalibrasi sebelum dipergunakan sehingga hasil yang diperoleh juga akurat. Pengukuran amoniak dapat dilakukan dengan photometer amoniak yang secara prosedur sama dengan penggunaan DO meter dan pH meter yaitu pemeriksaan catu daya, kelayakan peralatan dan kalibrasi peraltan sebelum digunakan.
Sebagai alternatif pengukuran pH dapat dilakukan dengan pH lakmus, namun hasil yang diperoleh akan sangat relatif tergantung dari penglihatan kita. DO meter juga dapat dilakukan secara ex situ yaitu dengan melakukan titrasi. Namun ketrampilan akan sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh pada metode ini. Amoniak juga dapat dilakukan dengan penggunaan reagen nessler, namun sama seperti pada pengukuran parameter kimia lainnya akan sangat relatif tergantung dari ketelitian kita dalam mengamati perubahan warna pada sampel yang dibandingkan dengan indikator.
4.2.3. Pengukuran Parameter Biologi Air
Pengukuran parameter biologi meliputi jenis-jenis plankton dan kepadatannya pada media pemeliharaan ikan lele. Jenis plankton harus diidentifikasi agar media pemeliharaan tidak didominasi oleh plankton yang merugikan seperti dinoflagelata.
-
Parameter Biologi Air
Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton). Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis.
Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan menggunakan jaring-jaring yang mempunyai ukuran mata jarring yang berbeda, maka penggolongoan plankton dapat pula dilakukan berdasarkan ukuran plankton. Penggolongan ini tidak membedakan fitoplankton dari zooplankton, dan dengan cara ini dikenal lima golongan plankton, yaitu : megaplankton ialah organisme plaktonik yang besarnya lebih dari 2.0 mm; yang berukuran antara 0.2 mm-2.0 mm termasuk golongan makroplankton; sedangkan mikroplankton berukuran antara 20 µm-0.2 mm. Ketiga golongan inilah yang biasanya tertangkap oleh jaring-jaring plankton baku. Dua golongan yang lainnya: nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil, yang berukuran 2 µm-0.2 mm; organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 µm termasuk golongan ultraplankton. Nanoplankton dan ultraplankton tidak dapat ditangkap oleh jaring-jaring plankton baku.Untuk dapat menjaringnya diperlukan mata jaring yang sangat kecil.
2. Pengukuran Parameter Biologi Air
Pengukuran parameter biologi dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan haemocytometer. Perlu literatur untuk membandingkan hasil pengamatan. Tahapan dalam melakukan pengukuran parameter biologi adalah :
-
Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan mengambil sampel air dengan volume tertentu sehingga dapat dikonversi kedalam jumlah total volume air dalam kolam pemeliharaan
-
Air sampel disaring dengan menggunakan planktonet
-
Tempatkan pada botol sampel untuk diamati dibawah mikroskop
-
Pengamatan dibawah mikroskop meliputi jenis dan kepadatannya di haeocytometer
-
Konversi jumlah plankton dengan jumlah total air yang ada dikolam pemeliharaan sehingga diketahui kepadatan plankton di air media pemeliharaan
-
Hasil pengukuran dicatat pada pada formulir yang tersedia sebagai rekomendasi untuk tindakan pengaturan air media pemeliharaan.
Hasil pengukuran menjadi rekomendasi untuk dilakukan atau tidaknya pengenceran atau pemupukan air media pemeliharaan. Kondisi air media yang memiliki kepadatan plankton kurang akan mengakibatkan intensitas matahari lebih tinggi dan keseimbangan aktifitas dekomposisi dasar kolam menjadi lambat.