KARAKTERISTIK EKOSISTEM DAS BARITO
Ekosistem secara ringkas adalah hubungan timbal balik atau interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup merupakan komponen biotik, dan lingkungan komponen abiotik, dimana keduanya saling membutuhkan satu dengan lainnya. Pada DAS Barito mulai dari bagian hulu sampai ke hilir terdapat beragam ekosistem mulai dari sungai, danau, rawa, dan mangrove. Perairan di DAS Barito lebih didominasi oleh hutan rawa, yang pada umumnya bersifat asam dengan pH 3,5-7, tingkat kecerahan tinggi lebih dari 100 cm, namun mempunyai unsur hara rendah. Hal tersebut membuat perairan tersebut mempunyai komunitas ikan yang unik (Nurdawati et al., 2007). Jenis ikan yang mendiaminya terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu ikan putihan (ikan sungai) dan ikan hitam (ikan lebak).
3.1. Bagian Hulu
DAS Barito terbagi 3 bagian atau segmen, yaitu hulu, tengah dan hilir. Adapun untuk bagian hulu berada di Kalimantan Tengah dengan luas 3.274.430, 8 ha (gambar 3.1). Pada bagian hulu sebelah Utara dibatasi pegunungan Muller, sebelah Timur oleh bukit Puruk Habatuan dan bukit Karang. Untuk sebelah Barat dibatasi pegunungan Luang, sedangkan sebelah Selatan dibatasi sebagian Kalimantan Selatan dan Laut Jawa (Ruslan, 2013).
Selanjutnya untuk tutupan lahan di hulu didominasi oleh seperi tutupan hutan, tanaman pangan, kebun karet, kebun campuran, area lahan yang telah terbangun, semak belukar dan tanah terbuka. Untuk aliran air di hulu cenderung tinggi dengan bagian lereng curam, sehingga rentan terjadinya pengikisan atau erosi yang dapat menyebabkan longsor atau baniir di bagian tengah dan hilir. Degradasi lingkungan jelas terjadi dengan adanya area pertambangan, pemukiman, perkebunan, Hak Pengusahaan Hutan (HPH), sehingga pada musim kemarau tingkat pendangkalannya tinggi dan seringkali terjadi air sungainya menjadi surut (Ruslan, 2013; Purwadi, 2018).
Gambar 3.1. Bagian hulu DAS Barito (Sumber ANTARA/M.Nova, 2021)
3.2. Bagian Tengah
Pada DAS Barito bagian tengah terletak di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dengan luasan 1.985.743,9 ha (Ruslan et al., 2013) (gambar 3.2). Pada bagian ini cenderung lebih datar dan landai dibandingkan bagian hulu, dengan arus sungai sedang sampai cenderung deras (Arfy et al., 2017; Indripraja et al., 2020). Pada sisi aliran sungai terdapat vegetasi tumbuhan dengan tutupan cenderung terbuka.
Kerusakan yang ada di bagian tengah tidak jauh berbeda dengan bagian hulu, yaitu banyak terdapat pemukiman masyarakat hampir di sekitar aliran sungainya, sehingga polusi rumah tangga relatif tinggi. Kegiatan pertambangan yang sehari-harinya mengangkut hasil tambang, namun sisa dari buangan kapal motornya menjadi pencemar di sungai. Secara tidak langsung mengganggu kehidupan ikan yang mendiami disekitarnya.
Gambar 3.2. Bagian Tengah DAS (Sumber: DETIK/Sijabat, 2018)
Di bagian tengah DAS Barito terdapat suaka perikanan Danau Panggang terletak di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Kalimantan Selatan. Tipe perairan rawa lebak dengan jenis rumput-rumputan dan perdu. Jenis ikannya diantaranya gabus (Channa striata), toman (Channa micropeltes), sepat (Trichopodus pectoralis), dan tambakan (Helestoma temanckii). Walaupun sudah ada pelarangan, namun pada kenyataannya masih terdapat penangkapan ikan, hal tersebut diduga karena terjadi pembiaran sejak jaman dahulu. Alat tangkap yang dipergunakan di perairan Suaka Perikanan Danau Panggang adalah hampang, pengilar, lukah, luntak, rengge dan kawat. Sedangkan hasil tangkapan terbesar yaitu dengan mempergunakan rengge dan luntak (Prasetyo, 2008)
3.3. Bagian Hilir
Adapun untuk bagian hilir seluas 1.064.890,2 ha berada di Kalimantan Selatan (Ruslan et al., 2013). Secara umum di bagian ini sebagian besar perairan rawa gambut dan muara (rawa banjiran). Rawa gambut dengan airnya yang asam, warna air coklat kehitaman, vegetasi dengan tutupan cenderung terbuka dan substrat lumpur dan berpasir. Pada muara merupakan zona pasang surut, aliran airnya cenderung sedang sampai deras dan warna air kecoklatan (gambar 3.3). Secara umum bagian muara juga terdapat tumbuhan mangrove seperti Rhizophora apiculata, Excoecaria agallocha, Nypa fruticans, Hibiscus tiliaceus. Rehabilitasi Kawasan mangrove terus digiatkan karena berdasarkan laporan BPDAS Barito tahun 2006, untuk Kalimantan Selatan luasan mangrove kondisi baik yaitu 10.124 ha (8,67%) dan 106.700 ha (91,33 %) dsalam kondisi rusak (Dirjen PRL, 2021).
Dampak negatif yang terjadi di hilir sebagian besar merupakan imbas dari kerusakan di hulu, dan ditambah juga dengan di daerah hilir sendiri yang juga terkena limbah antropogenik. Perairan di hilir terdata mengandung logam berat yaitu kadmium (Cd), merkuri (Hg), timbal (Pb) dan tembaga (Cu), yang kesemuanya dapat mengganggu populasi ikan yang ada (Dwiyitno et al., 2008).
Gambar 3.3. Sungai Barito bagian Hilir di sekitar Marabahan (Sumber Haryono dan Wahyudewantoro, 2010)
Pada bagian hilir DAS Barito juga terdapat 3 suaka perikanan yaitu Rawa Muning, Danau Bangkau dan Awang Landas (Asyari, 2006). Berikut kondisi fisik dan perikanan di ketiga suaka perikanan yaitu:
-
Rawa Muning berada di Kabupaten Tapin, Kecamatan Tapin, Kalimantan Selatan. Penetapan suaka Rawa Muning sesuai Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Tapin pada tahun 1993. Letak Rawa Muning pada kawasan rawa dataran rendah dengan luas 16.250 ha, namun daerah suaka hanya seluas 10 ha. Rawa Muning merupakan pertemuan sungai Kalang dengan Muning yang merupakan cabang dan anak cabang Sungai Barito. Kedalaman air berkisar ± 4,5 m, dan saat kemarau 1 – 3 m. Berdasarkan tipe habitat suaka ini termasuk oxbow lake tipe I yaitu perairan danau rawa yang menerima air dari sungai utama (Hartoto, 2000). Banyaknya makrofita (tumbuhan air) yang menutupinya membuat bagian terbuka hanya ± 1.5 ha atau 15%, sehingga menyebabkan fungsi suaka cenderung berkurang. Makrofita didominasi oleh tumbuhan ilung (Eichhornia crassipes) dan jungkal (Hanguana malayana).
-
Danau Bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kecamatan Kandangan Kalimantan Selatan. Luasan danau rawa 17.000 ha, dan yang masuk suaka perikanan luasnya 6 ha. Tipe habitat masuk ke dalam oxbow lake tipe II yaitu perairan danau yang menerima air dari anak sungai utama. Anak sungai tersebut adalah Sungai Pahalatan, Sungai Nagara, Sungai Bangkau dan Sungai Jarum. Kedalaman suaka ± 5,5 m, namun saat musim kemarau 2 – 3 m. Untuk penutupan oleh makrofita terdata 50 %, dengan tumbuhan yang dominan yaitu ilung (Eichhornia crassipes), kumpai bulu (Paspalum sp.).
-
Awang Landas atau Mantaas masuk ke dalam Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kecamatan Labuan Amas Kalimantan Selatan. Terletak di danau rawa seluas 5700 ha, dan untuk suaka 5 ha. Pintu masuk dan keluar suaka ini adalah sungai Buluh. Adapun kedalaman airnya ± 4,5 m, tetapi saat kemarau 1,5 – 2,5 m. Suaka ini masuk ke dalam oxbow lake tipe I. Di sekitar suaka merupakan daerah penangkapan ikan dan tempat lalu lintas kelotok dan speed boat yang cukup mengganggu fungsi suaka sebagai perlindungan ikan. Makrofita yang dominan di antaranya adalah betungan (Polygonum barbatum) dan ilung (Eichhornia crassipes).
Selain itu bagian hilir umumnya terdapat danau rawa gambut, dengan air berwarna kecoklatan sampai kehitaman dan mengandung asam (pH < 4) (Ruslan et al., 2013). Danau rawa gambut tercatat berada di Kabupaten Barito Selatan terdapat 3 danau rawa gambut yaitu Danau Raya, Danau Sababilah dan Danau Ganting. Danau Raya adalah suatu danau tapal kuda (oxbow lake) yang berada di sungai Maliau dan anak sungai Barito. Di sekeliling Danau Raya adalah hutan yang berlapis yaitu lapisan pertama ditumbuhi oleh tumbuhan bakung dan rasau yang Iebar ke arah darat berkisar antara 50-200 m, dan lapisan kedua ditumbuhi oleh hutan rawa. Air berwarna air coklat tua kehitaman dan jemih dengan kecerahan berkisar antara 10-25 cm dan diduga oleh adanya gambut setebal ± 25 cm mulai dari sungai Maliau sampai memasuki sungai Basaka Di Danau Raya ketebalan gambut tidak terlihat karena adanya tumbuhan bakung dan rasau. Sungai penghubung antara Danau Raya dengan sungai Maliau adalah sungai Basaka yang merupakan outlet Danau Raya. Danau Sababilah salah satu danau yang dihubungkan dengan sungai Barito oleh sungai Pamait di sepanjang ± 7 km. Sungai Pamait wama air coklat kehitaman dan jemih. Danau Sababilah mempunyai anak sungai kecil menuju ke Danau Malawen kemudian ke Danau Sanggu. Vegetasi yang tumbuh di sekitar Danau Sababilah adalah tumbuhan bakung yang merupakan habitat jenis ikan yang berpotensi sebagai ikan hias, selain itu terdapat hutan rawa. Kemudian Danau Ganting yang hampir keseluruhan dikelilingi oleh hutan rawa. Danau ini merupakan perpanjangan dari sungai Arau, dan terdapat anak sungai sebagai out let yaitu sungai Bangaris, sungai Liang Buaya, sungai Buntok, dan sungai Batang Lonok. Warna air coklat the dan jernih, dan disekitarnya ditumbuhi hutan rawa. Danau Ganting merupakan daerah tangkapan ikan jono (Chromobotia macracanthus) (Nurdawati et al., 2007).
No Comments