POTENSI DAN STATUS BIODIVERSITAS IKAN
Biodiversitas ikan di DAS Barito sebanyak 240 jenis yang tergolong ke dalam 67 famili dan 148 genus (lampiran 1). Jumlah yang sangat besar, dan hampir separuh lebih jenis ikan yang mendiami perairan Kalimantan. Famili Cyprinidae menunjukkan anggota jenis paling tinggi dengan 59 jenis, kemudian Siluridae 16 jenis dan Danionidae 12 jenis (Gambar 4.1). Secara umum Cyprinidae termasuk salah satu famili dengan anggota jenis terbesar di dunia dengan 220 genus dan 2.420 jenis (Karahan dan Ergenen, 2010). Hal tersebut diduga Cyprinidae mempunyai kemampuan adaptasi dan berkembang biak cenderung tinggi. Di Kalimantan beberapa penelitian menunjukkan bahwa Cyprinidae ragam jenisnya mendominasi (Bahri, 2007; Adis et al., 2017; Ongki; 2018; Suryadi et al., 2019).
Gambar 4.1. Jumlah spesies pada famili predominan di DAS Barito
Dilihat dari potensi masing-masing jenis telah terpetakan bahwa untuk ikan konsumsi 47,50%, hias 28,75%, dan belum dimanfaatkan 23,75%. Ikan konsumsi di DAS Barito mempunyai persentase terbesar, hal tersebut dapat terlihat diantaranya terdapat kelompok ikan tambra Tor dengan daging tebal dan gurih, kemudian patin Pangasius spp. dan Pangasianodon hypopthalmus dengan berbagai produk masakan juga telah dimanfaatkan sebagai fillet, bahan pembuat sosis dan bakso. Adapula baung H.nemurus, yang seringkali dijumpai dipasarkan dalam keadaan segar maupun dalam bentuk gulai tempoyak yang merupakan salah satu masakan khas Kalimantan (Nugroho et al., 2020; Rifai et al., 2022). Selain itu terdapat kelompok ikan gabus Channa spp. yang biasa diolah sebagai ikan asin, namun saat ini untuk gabus C. striata telah dimanfaatkan sebagai obat untuk dapat meregenerasi jaringan yang rusak akibat luka pasca operasi dan luka bakar (Gambar 4.2) (Alviodinasyari et al., 2019).
Gambar 4.2. Ikan gabus Channa striata. Sumber foto Gema Wahyudewantoro
Selanjutnya untuk potensi ikan hias, yaitu jenis ikan yang bentuk tubuh unik, karakter khas, warna menarik yang tidak kalah dengan ikan pendatang (introduksi) sehingga dapat sebagai pelengkap atau hiasan di akuarium. Jenis ikan tersebut antara lain arwana kalimantan Scleropages formosus dan botia Chromobotia macracanthus, keduanya merupakan komoditas ekspor ikan hias air tawar Indonesia. Ikan hias kelompok seluang Rasbora spp. dan renteng Desmopuntius spp. memiliki tubuh kecil memanjang dan mempunyai perwarnaan yang indah. Untuk kelompok cupang Betta spp. selain warnanya menarik juga mempunyai karakter petarung atau memiliki sifat temperamental. Potensi ikan hias dengan bentuk tubuh cenderung tinggi, lebar, dihiasi pola garis vertikal dan mempunyai nilai jual cenderung tinggi adalah ikan tiger Datnioides microlepis (gambar 4.3).
Gambar 4.3. Datnioides microlepis (Sumber. Jensen, 2000)
Sedangkan untuk ikan dengan potensi yang belum termanfaatkan secara optimal jumlahnya juga masih cukup tinggi. Adapun yang termasuk dalam kelompok tersebut diantaranya sebagian besar ikan-ikan pada suku Zenarchopteridae, Syngnathidae dan Gobiidae. Hal itu merupakan tantangan bagi para peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengkaji potensi dari masing-masing jenis tersebut. Dukungan dan dorongan harus dilakukan oleh pemerintah salah satunya dalam penyediaan sarana dan prasarana ikan terpilih.
4.1 Distribusi Jenis Ikan DAS Barito
Distribusi ikan yang berada di DAS Barito terbagi atas 3 segmen atau bagian yaitu bagian hulu, tengah dan hilir. Adapun jenis-jenis ikan yang tersebar didalamnya dapat terlihat sebagai berikut:
Bagian Hulu:
Pada bagian hulu DAS Barito tercatat sebanyak 72 spesies ikan mendiaminya (Lampiran 1). Spesies ikan tersebut antara lain Osteochilus microcephalus, Osteochilus vittatus, Tor douronensis, Oxygaster anomalure, Nemacheilus spiniferus, Gastromyzon borneensis, Gastromyzon fasciatus, Gastromyzon lepidogaster dan Glyptothorax platypogon.
Bagian Tengah:
Adapun untuk spesies ikan DAS Barito yang tersebar pada bagian tengah yaitu 188 spesies (Lampiran 1). Pada bagian tengah spesies ikan yang tersebar antara lain Chitala hypselonotus, Balantiocheilos melanopterus, Barbodes binotatus, Thynnichthys thynnoides, Rasbora argyrotaenia, Cromobotia macracanthus, Hemibagrus nemurus dan Kryptopterus minor.
Bagian Hilir:
Spesies ikan pada bagian hilir DAS Barito diinformasikan dapat ditemukan 103 spesies (Lampiran 1). Hasil kajian spesies ikan tersebut diantara lain Batrachocephalus mino, Netuma bilineata, Plotosus canius, Xenentodon canciloides, Zenarchopterus buffonis, Doryichthys boaja, Lates calcarifer, Terapon jarbua, dan Epinephelus coioides.
Selanjutnya terdapat 1 spesies ikan yang dapat ditemukan di semua bagian DAS Barito yaitu belut Monopterus albus. Belut diketahui dapat hidup mulai dari hulu sampai ke hilir. Secara umum belut menyukai tempat seperti sungai, danau, rawa, sampai area pesawahan dengan substrat berlumpur. Sedangkan untuk jumlah spesies ikan mulai dari hulu sampai hilir terlihat pada Gambar 4.4
Gambar 4.4 Jumlah jenis ikan pada setiap bagian hulu sampai hilir
4.2. Ikan Asli
Ikan asli adalah jenis ikan yang berasal dari alam Indonesia yang dikenali atau diketahui berasal atau hidup di daeah tertentu atau berbeda ekosistemnya di wilayah Indonesia. Pada DAS Barito teramati bahwa jenis-jenis ikan asli sangat melimpah yaitu tercatat sebanyak 219 jenis. Jenis-jenis ikan tersebut sebagian besar mempunyai potensi ekonomi tinggi yang dapat menunjang perekonomian masyarakat khususnya di sekitar DAS Barito.
Beberapa jenis yang memiliki potensi tinggi seperti ikan arwana Kalimantan S. formosus yang telah di eskpor ke mancanegara. Kemudian kelompok belida Chitala spp. dan Notopterus notopterus yang umumnya dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuat pempek dan kerupuk. Adapula ikan air tawar besar yaitu tapah Wallago leerii yang mempunyai protein dan asam lemak tak jenuh, dan seringkali diolah sebagai ikan asin (Gambar 4.5).
Gambar 4.5. Ikan tapah Wallago leerii (Sumber Baird, 1995)
4.3. Ikan Endemik
Ikan endemik ialah ikan yang keberadaannya hanya ada pada satu tempat tertentu, dan tidak ada di tempat lain. Adapun untuk jenis ikan endemik di DAS Barito terdata 14 jenis, yaitu salap Barbonymus collingwoodii, kumpong Desmopuntius foerschi, dongan Hampala bimaculata, pomot Lobocheilos kajanensis, kelawan Osteochilus kelabau, engkarit Osteochilus partilineatus, Paracrossochilus vittatus, lapa Gastromyzon borneensis, lapa Gastromyzon fasciatus, lapa Gastromyzon lepidogaster, Homalopteroides stephensoni, lais tapa Kryptopterus lais, lais Kryptopterus minor, dan lais nipis Ompok weberi (Gambar 4.6). Secara umum jenis endemik sangat rentan terhadap penurunan populasi, oleh sebab itu jenis ikan ini diperlukan pengawasan di habitatnya dan upaya perkembangbiakkan agar populasinya tetap terjaga.
Gambar 4.6. Jenis-jenis ikan endemik. Keterangan : A. Barbonymus collingwoodii; B. Desmopuntius foerschi; C. Hampala bimaculata; D. Lobocheilos kajanensis; E. Osteochilus kelabau; F. Osteochilus partilineatus; G. Paracrossochilus vittatus; H. Gastromyzon borneensis; I. Gastromyzon fasciatus; J. Gastromyzon lepidogaster; K. Homalopteroides stephensoni; L. Kryptopterus lais; M. Kryptopterus minor; N. Ompok weberi (Sumber: Robert, 1976; Kottelat et al., 1993; Martin-Smiths, 1997; Jumat, 2016; Hubert, 2019; Jensen, 2000; Nugraha, 2000)
4.4 Ikan Introduksi
Ikan introduksi adalah ikan yang berasal bukan dari habitat asli atau daerah sebaran zoogeografisnya; atau dimana sebelumnya jenis tersebut tidak ada di wilayah tersebut. Selain itu umumnya keberadaannya diakibatkan oleh campur tangan manusia secara sengaja/tidak. Jenis ikan tersebut yaitu ikan mas Cyprinus carpio, patin Pangasianodon hypopthalmus, lele dumbo Clarias gariepinus, mujair Oreochromis mossambicus, nila Oreochromis niloticus, sepat siam Trichopodus pectoralis dan sapu-sapu Pterygoplichthys pardalis. Ketujuh jenis ikan introduksi kehadirannya di perairan umum diharapkan tidak semakin tinggi populasi dan meluas sebaran jenisnya.
4.5. Ikan Invasif
Ikan invasif adalah ikan introduksi yang memberikan dampak negatif di negara bukan asalnya. Jenis ikan ini umumnya mempunyai karakter diantaranya berkemampuan adaptasi tinggi, berkembang dan bereproduksi secara cepat (beberapa masih dengan kawin suntik), bersifat predator, membawa bibit penyakit, tidak mempunyai musuh alami dan mampu berhibridisasi. Di DAS Barito terdapat ikan sapu-sapu P. pardalis yang bersifat invasif (Gambar 4.7).
Gambar 4.7. Ikan sapu-sapu P. pardalis (Sumber foto Gema Wahyudewantoro)
Sapu-sapu merupakan ikan asli sungai Amazon di Amerika Selatan, namun saat ini sudah tercatat terdistribusi di beberapa negara di dunia. Jenis ini awalnya diduga sengaja didatangkan sebagai pembersih akuarium, dikarenakan sapu-sapu memakan lumut yang menempel di kaca dan asesoris lain di akuarium. Sapu-sapu secara karakter bukan termasuk predator yang aktif menyerang ikan lain, namun ikan ini mempunyai dampak negative seperti memakan telur-telur ikan, membuat lubang-lubang di tepian sungai atau danau sehingga menyebabkan erosi dan seringkali merusak jarring nelayan (Wahyudewantoro, 2018).
4.6. Ikan khas DAS Barito, arwana Kalimantan Scleropages formosus
Di perairan DAS Barito didiami ikan arwana Kalimantan S.formosus, yang merupakan salah satu ikan khas bernilai ekonomis tinggi dengan harga jual mahal dan cenderung stabil (Gambar 4.8). Ikan ini juga termasuk mascot ikan air tawar di Indonesia, dan telah di ekspor ke mancanegara seperti Cina (Tiongkok), Hong Kong, Taiwan, Singapura, Jepang, Malaysia dan Thailand (Utama dan Wahyudewantoro, 2019). Pada tahun 2018 telah diekspor sebanyak 4.058 ekor dengan total nilai mencapai 10.145 miliar, sedangkan tahun 2019 sebanyak 2.360 ekor atau senilai 2.575 miliar (BKIPM, 2020).
Gambar 4.8. Arwana kalimantan Scleropages formosus (Sumber foto Gema Wahyudewantoro)
Arwana kalimantan pada tahun 2003 pernah terbagi menjadi beberapa jenis yaitu Scleropages aureus, S. legendrei, dan S. macrocephalus, namun setelah dilakukan penelitian lebih lanjut sejak tahun 2012 secara valid nama ilmiahnya tetap Scleropages formosus (Pouyoud et al., 2003; Roberts, 2012). Sedangkan untuk nama dagang dari arwana kalimantan cenderung mengikuti dari pola warnanya yaitu super red, golden red, green atau pino red banjar dan silver Indonesia.
Adapun untuk populasi arwana kalimantan di alam telah mengalami penurunan, hal tersebut dikarenakan adanya degradasi lingkungan diantaranya alih fungsi menjadi perkebunan sawit, dan limbah dari pengolahan sawit, kemudian terjadinya tangkap lebih arwana. Secara biologi pertumbuhan arwana cenderung lambat dan tingkat fekunditas rendah di bawah 100 butir (Wahyudewantoro et al., 2020). Selain itu yang tidak kalah penting adalah implementasi dari regulasi Permen KP no 61 tahun 2018 pada pasal 16 terkait pelaksanaan restocking arwana kalimantan di alam yang diduga belum dilaksanakan secara benar.
4.7.Ikan Terancam Punah
Adapun untuk ikan di DAS Barito yang masuk terancam punah menurut IUCN di terdapat 32 jenis ikan, namun 4 jenis merupakan ikan introduksi yaitu Cyprinus carpio, Pangasianodon hypopthalmus, Oreochromis mossambicus dan O.niloticus (Tabel 5). Disini juga terlihat bahwa untuk jenis belida C. lopis terdata telah mengalami kepunahan atau extinct (Gambar 4.9). Informasi tersebut didasari tulisan oleh Tyson Roberts dalam tulisannya berjudul The Freshwater Fishes of Java, as Observed by Kuhl and van Hasselt in 1820-1823, terdapat kalimat yang menyatakan bahwa belida C.lopis telah punah. Memang disadari atau tidak bahwa sampai saat ini data populasi jenis di alam untuk belida (Chitala spp. dan Notopterus notopterus) belum dapat disajikan dengan baik, khususnya belida lopis keberadaannya sulit ditemukan. Walaupun begitu tetap harus dilakukan eksplorasi di habitat belida lopis tersebut pernah ada, untuk menjawab kajian tersebut.
Gambar 4.9. Belida lopis Chitala lopis (Sumber IUCN dan Warsa et al., 2018).
Tabel 4.1. Jenis-Jenis Ikan Terancam Punah DAS Barito
Sumber: Froese dan Pauly 2022
Sedangkan dalam Konvensi perdagangan internasional spesies satwa dan tumbuhan liar terancam punah (CITES), terlihat hiu P.pristis dan arwana Kalimantan S.formosus masuk ke dalam Appendix 1. Hal ini berarti bahwa jenis-jenis tersebut tidak boleh diperdagangkan kecuali hasil dari budidayanya.
Selanjutnya terdata 8 jenis yaitu hiu Pristis pristis, pari Fluvitrygon siginifer dan Urogymnus polylepis, arwana kalimantan Scleropages formosus, belida Chitala hypselonotus, C. lopis dan Notopterus notopterus, balashark Balantiocheilos melanopterus yang termasuk ke dalam perlindungan nasional. Ke delapan jenis tersebut telah ditetapkan masuk sebagai perlindungan penuh dalam P.106 tahun 2018 dan Kepmen KP 1 tahun 2020. Perlindungan penuh adalah perlindungan atas seluruh tahapan hidupnya, mulai dari bagian tubuhnya sampai produk turunannya sehingga ikan tersebut tidak boleh diburu atau dilakukan penangkapan.
4.8. Ikan Indikator Lingkungan
Secara umum bahwa biodiversitas ikan yang tinggi diduga sebagai salah satu indikator suatu perairan tercemar atau tidak, namun tentu saja harus didukung parameter fisika kimia yang representatif. Beberapa jenis ikan dapat dijadikan indikator apakah perairan tersebut sudah mengalami pencemaran atau belum. Jenis ikan seperti Neolissocheilus soro, Tor spp. Gastromyzon spp. diduga dapat dijadikan indikator perairan. Hal tersebut dikarenakan jenis-jenis tersebut umumnya hidup di perairan yang jernih dengan kandungan oksigen relatif tinggi.
Sedangkan untuk jenis ikan sapu-sapu P. pardalis berperan sebaliknya, dengan hadirnya ikan tersebut di perairan dapat disimpulkan perairan dalam keadaan tercemar. Hal ini dikarenakan sapu-sapu hidup dan berkembang di perairan yang mengandung logam-logam berat yaitu Kadmium (Cd), Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb).
No Comments