POTENSI DAN STATUS BIODIVERSITAS IKAN
Data dan informasi terkait kondisi fisika, kimia, maupun biologi di kawasan sungai Kampar menunjukkan bahwa wilayah sungai Kampar sangat potensial menjadi habitat dan relung ekologi bagi berbagai jenis ikan air tawar maupun yang hidup di sekitar muara atau dengan kondisi perairan payau. Kualitas air serta kondisi vegetasi di sekitar badan air menjadi tempat yang ideal bagi jenis-jenis ikan untuk melangsungkan kehidupannya mulai dari pemijahan, pengasuhan, mencari makan, hingga berlindung dari predator. Terlepas dari berbagai ancaman terhadap penurunan kualitas ekosistem di habitat sungai Kampar, kondisi perairan sungai Kampar masih layak untuk menjadi relung habitat bagi beberapa jenis ikan asli maupun endemik.
Ekosistem Sungai Kampar termasuk perairan yang memiliki kekayaan fauna ikan yang tinggi. Besarnya keragaman fauna ikan yang ditemukan terkait dengan heterogenitas habitat. Heterogenitas habitat secara spasial ditunjukkan dengan keragaman luas rawa banjiran di sekitar Sungai Kampar Kiri, mulai dari Rantau Kasih sampai ke Simalinyang (hulu), sampai daerah Mentulik (di bagian hilir). Sungai Kampar berperan sebagai sentral bagi masyarakat setempat dan telah dimanfaatkan sepanjang sejarah peradaban di sekitar aliran sungai. Berbagai kegiatan pemanfaatan pada aliran sungai, ekstensifikasi dan intensifikasi perkebunan sawit di daerah aliran sungai dapat mengurangi kualitas perairan Sungai Kampar.
Sungai Kampar dan anak sungai asosiasinya berperan sentral bagi masyarakat tempatan dan telah dimanfaatkan sepanjang sejarah peradaban di sekitar aliran sungai. Sering muncul pendapat dan pertanyaan tentang keberlanjutan plasma nutfah ikan yang semakin terusik. Sepanjang masyarakat mengeksploitasi ikan dengan menggunakan alat tangkap tradisional seperti jala, pukat, lukah, tangguk, pancing dan rawai, keberlanjutan ikan tidak menjadi masalah. Namun gangguan antropogenik terhadap sistem sungai (riverine system) semakin sering terusik dalam dekade terakhir.
4.1. Distribusi Ikan di Tiap Segmen Sungai (Hulu, Tengah, Hilir) dan Potensinya
Data yang dihimpun menunjukkan setidaknya terdapat 112 jenis ikan yang terdiri dari 26 famili (Lampiran 1, Gambar 4.1) yang tersebar di DAS Kampar. Famili yang sangat dominan ditemukan di daerah Kampar adalah famili Cyprinidae yaitu sebanyak 49 spesies. Sedangkan famili yang lain hanya memiliki keterwakilan jenis yang relatif kecil yaitu Siluridae dengan 12 spesies, Bagridae 7 spesies, dan Pangasidae 5 spesies. Famili yang lain hanya memiliki keterwakilan satu jenis seperti Hemiramphidae, Ailiidae, Horabagridae. Besarnya jumlah anggota famili Cyprinidae yang menghuni suatu perairan merupakan hal yang biasa karena famili ini merupakan famili ikan air tawar terbesar seluruh dunia; kecuali Australia, Madagaskar, Selandia Baru dan Amerika Selatan. Famili Cyprinidae merupakan jenis ikan air tawar terbesar di Asia Tenggara termasuk di Pulau Sumatera. Beberapa hasil penelitian yang diperoleh di beberapa sungai dan rawa banjirannya kawasan pulau Sumatera menunjukkan hal serupa, seperti di perairan sektor Bukit Tigapuluh Siberida ditemukan bahwa famili Cyprinidae merupakan penghuni utama yang paling besar jumlah populasinya.
Gambar 4.1. Kelimpahan jenis tiap famili ikan di DAS Kampar
Analisis terhadap sebaran jenis ikan berdasarkan segmentasi sungai diantaranya ditemukan Hulu-Tengah 21 jenis, Tengah 14 jenis, Tengah-Hilir 51 jenis, Hilir 21 jenis, Hulu-Tengah-Hilir 5 jenis (Gambar 4.2). Kondisi ekosistem di DAS Kampar berdasarkan segmentasi daerah hulu hulu, tengah, dan hilir cukup berbeda. Daerah hulu DAS yang dicirikan dengan kondisi topografi bergelombang, berbukit atau bergunung, kerapatan drainase relatif tinggi, merupakan sumber air yang masuk ke sungai utama dan sumber erosi yang sebagian terangkut menjadi sedimen daerah hilir. Kondisi perairan bersih dan jernih yang bersumber dari Pegunungan Bukit Barisan Sumatera Barat, dan juga terdapat waduk untuk PLTA Kota Panjang. Di segmen sungai bagian hulu-tengah terdapat setidaknya 21 jenis ikan yang memang secara alami menempati relung di segmen tersebut untuk beradaptasi dan melangsungkan hidupnya. Jenis-jenis tersebut terutama dari kelompok ikan famili Cyprinidae dari genus Osteochillus dan Rasbora. Kelompok ikan Rasbora atau yang memiliki nama lokal ikan seluang merupakan ikan yang memang secara alami kemampuan adaptasi terhadap ekosistem sungai di daerah hulu hingga tengah. Jenis yang ditemukan di segmen hulu hingga tengah diantaranya Rasbora caudimaculata, Rasbora argyrotaenia, Rasbora cephalotaenia, Rasbora dusonensis, Rasbora lateristriata, Rasbora myersi, Rasbora reticulata, Rasbora sumatrana, Rasbora trilineata. Sedangkan untuk genus Osteochillus yang hidup di segmen sungai hulu hingga tengah diantaranya Osteochilus kelabau, Osteochilus borneensis, Osteochilus microcephalus, Osteochilus schlegelii, Osteochilus vittatus, Osteochilus waandersii.
Di segmen sungai Kampar daerah tengah hingga hilir setidaknya ditemukan 51 jenis ikan, paling banyak dibanding segmen sungai lainnya. Jenis-jenis yang mendiami segmen tersebut diantaranya dari kelompok Belida (Notopteridae), Tawes (Barbonymus), Kelampok (Parachela), Patin (Pangasidae), Lais (Kryptopterus), dan Baung (Hemibagrus). Kegaman jenis ikan di daerah tengah hingga hilir cukup tinggi. Hal tersebut karena didukung dengan kondisi ekosistem yang lebih beragam di daerah tengah hingga hilir seperti terdapatnya ekosistem rawa banjiran dan juga danau oxbow.
Sementara itu segmen sungai didaerah hilir DAS Kampar setidaknya dihuni oleh 21 jenis ikan. Jenis-jenis tersebut terutama dari kelompok ikan Lais, beberapa jenis ikan snakehead (Channidae), dan ikan Kaca-Kaca (Ambassidae). Ekosistem daerah hilir umunya berupa daerah estuary atau muara dari DAS Kampar, dengan kondisi perairan payau dan dodiminasi oleh vegerasi mangrove sehingga jenis-jenis ikan yang hidup dapat beradaptasi dengan kondisi ekosistem tersebut.
Gambar 4.2. Sebaran jenis ikan berdasarkan segmen sungai hulu, tengah, dan hilir
Jika dipetakan terkait potensi pemanfaatan dari jenis-jenis tersebut, maka dapat diketahui sebanyak 39 jenis (35,45%) potensial untuk dijadikan ikan konsumsi; 25 jenis (22,73%) potensial untuk dijadikan ikan hias; 1 jenis (0,91%) potensial dalam pemafaatan lainnya, sedangkan 49 jenis (40,91%) belum diketahui pemanfaatannya (Gambar 4.2). Jenis ikan dari famili Pangasidae, Siluridae, dan Channidae banyak dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi karena dikenal memiliki daging yang tebal dan gurih. Beberapa jenis dari Pangasidae juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga banyak dibudidayakan. Sementara itu, beberapa spesies dari family Cyprinidae juga berpotensi menjadi ikan hias karena ukurannya yang relatif kecil sehingga cocok dipelihara di akuarium, pola warna tubuhnya yang indah, maupun bentuk sirip dan bentuk tubuhnya yang unik sehingga banyak diminati di pasaran khususnya komunitas pecinta ikan hias. Sementara itu untuk ikan Hampala (Hampala macrolepidota), selain untuk ikan konsumsi, ikan ini juga digunakan sebagai ajang perlombaan di kolam kolam pemancingan sehingga dimasukkan ke dalam pemanfaatan lainnya. Jenis lain yang dimanfaatkn untuk mempercepat penyembuhan luka adalah ikan gabus (Channa striata) karena dikenal memiliki kandungan albumin yang tinggi.
Gambar 4.3. Potensi pemanfaatan jenis ikan di DAS Kampar
4.2. Ikan Asli dan Bernilai Ekonomi Penting
Umumnya spesies ikan yang ditemukan pada saat penelitian termasuk kategori ikan konsumsi yang dijual dalam bentuk ikan segar, diasap/disalai dan diasin. Semua ikan yang dijual dari daerah penelitian bersumber dari basil tangkapan di alam. Permintaan pasar di Riau dan sekitarnya yang semakin tinggi akan mendorong ekploitasi yang tidak terkendali dan dikhawatirkan akan mendorong penurunan populasi ikan secara drastis. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian ikan di Sungai Kampar Kiri dan rawa banjirannya antara lain pengaturan musim tangkap dan alat tangkap (Welcomme, 1985), penentuan kawasan reservat khususnya daerah rawa banjiran; domestikasi dan budidaya spesies ikan asli sungai Kampar Kiri.
Spesies yang ditemukan dari famili Bagridae diantaranya Baung (Hemibagrus nemurus), Baung Pisang (Mystus micracanthus), Ingir-Ingir (Mystus nigriceps) dan Baung Geso (Hemibagrus wyckii). Semuanya merupakan ikan asli dengan nilai ekonomis tinggi. Ikan Pangasius yang telah popular dibudidayakan memiliki ciri khas berkulit halus, 2 pasang sungut yang relatif pendek. Hidup di perairan yang berarus lambat dan aktif pada malam hari, memakan detritus dan invertebrata lainnya dari dasar sungai. Spesies yang ditemukan selama penelitian dari famili ini ada 2 jenis yaitu ikan Patin (Pangasius pangasius) dan Juaro (Pangasius polyuranodon). Keduanya merupakan ikan dengan nilai ekonomis yang tinggi.
Bagridae merupakan ikan berkumis yang terdapat di Eropa dan Asia. Ciri khusus dari ikan famili ini tidak mempunyai sirip lemak, tidak mempunyai duri pada sirip punggung dan sirip duburnya sangat panjang. Memiliki 2 pasang sungut yang terletak dirahang atas dan rahang bawah. Ukuran sangat bervariasi dari yang terbesar sampai yang terkecil. Hidup di lapisan bawah sungai-sungai dan danau-danau serta memiliki kebiasaan memakan ikan-ikan yang lebih kecil. Spesies yang ditemukan selama penelitian dari famili ini mencakup; ikan Sengarat (Belodontichthys dinema), Selais (Krytopterus palembangensis), Selais Budak/Lais Padi (Krytopterus schilbeides) dan Tapah (Wallago leeri). Ikan Sengarat dan Tapah memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Tabel 4.1. Daftar Jenis Ikan Asli dan Bernilai Ekonomi di DAS Kampar
Ket: +++ = sangat melimpah, ++ = melimpah, + = agak melimpah, - = jarang/tidak ada
Gambar 4.4. Beberapa jenis ikan ekonomi penting di DAS Kampar
4.3. Ikan Terancam Punah
Dari total 112 jenis, 10 jenis diantaranya berada dalam status terancam berdasarkan IUCN Redlist. Chitala lopis (Belida lopis) dinyatakan telah punah/ extinct (EX), hal tersebut disebabkan oleh sudah sangat jarang sekali jenis tersebut dijumpai di alam, dengan kata lain populasi di alam telah mengalami penurunan yang drastis. Belida lopis banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pempek dan kerupuk. Permintaan pasar yang tinggi membuat masyarakat dan nelayan banyak memburu jenis ikan ini hingga menyebabkan penurunan populasi di alam. Jenis ikan dengan status terancam seperti pada Tabel 4.1.
Tabel 4.2. Daftar jenis ikan berstatus terancam di DAS Kampar
4.4. Analisis Ancaman Terhadap Ekosistem dan Spesies Ikan
Terdapat beberapa potensi ancaman terhadap kawasan sungai Kampar yang dapat mempengaruhi biodiversitas perikanan baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya:
-
Kerusakan habitat
Tockner dan Stanford (2002) menyatakan bahwa menurunnya keragaman spesies ikan air tawar terkait erat dengan kerusakan habitat rawa banjiran. Kelangkaan beberapa spesies ikan di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri dipicu oleh rusaknya habitat ikan tersebut. Kerusakan habitat timbul akibat laju pembalakan liar yang tinggi di daerah tangkapan hujan (DAS) Kampar Kiri, pembukaan lahan untuk pertanian dan pemukiman. Permasalahan hidrologi yang selama ini sering terjadi adalah pencemaran, banjir, erosi, abrasi, kekeruhan, dan pendangkalan.
-
Segmentasi dan alih fungsi lahan
Berbagai kegiatan pemanfaatan pada aliran sungai (waduk PLTA Koto Panjang) dan ekstensifikasi dan intensifikasi perkebunan sawit di daerah aliran sungai ditengarai dapat menggeser regim kuantitas dan kualitas air tahunan ekosistim akuatik sungai Kampar. Pencemaran baik berasal dari titik tertentu industri dan pertambangan (point sources) maupun dari sumber tak terpusat (nonpoint sources) berupa bahan organik di sepanjang aliran telah dilaporkan pemerintah Riau. Selain usaha penangkapan, bertambahnya jumlah penduduk yang bermukim di bantaran sungai, industrialisasi, penebangan hutan, perluasan lahan perkebunan dan penambangan pasir telah mengakibatkan terjadinya pencemaran terhadap sungai Kampar. Dengan adanya mekanisme seperti itu, sungai yang mengalami pencemaran akan mengalami perubahan komposisi dan penurunan keanekaragaman hidrobiota yang hidup didalamnya.
-
Penggunaan alat tangkap berbahaya
Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti pemakaian tuba, sianida, pemakaian jarring dengan mata jarring kecil, serta penggunaan electrofishing di sungai dan rawa banjiran berpotensi menimbulkan tidak terjadinya regenerasi ikan sehingga dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan kepunahan jenis ikan. Hal tersebut terjadi karena ikan tidak memiliki kesempatan untuk tumbuh menjadi dewasa karena mati saat masih juvenil.
-
Overfishing
Eksploitasi ikan yang berlebihan akibat tingginya permintaan pasar tanpa memperhatikan musimjuga mendorong kian langkanya beberapajenis ikan target seperti yang tersebut di atas. Fenomena yang sama juga ditemukan di Sungai Rangau, Riau bahwa ikan Oxyeleotris marmorata dan Wallago leeri yang tergolong spesies berilai ekonomis tinggi sudah mulai langka ditemukan akibat ekploitasi yang berlebihan (Yusnita, 200I). Kondisi serupa juga ditemukan di Danau Great dan Sungai Tonie Sap, Kamboja bahwa telah terjadi penurunan keragaman spesies ikan air tawar akibat penangkapan yang berlebih khususnya pada saat musim pemijahan serta perubahan rawa banjiran akibat kegiatan pembalakan hutan (Lim et al, 1999).
-
Jenis asing invasif (JAI)
Invasis spesies pendatang juga mengambil andil dalam penurunan keragaman spesies ikan air tawar (Wargasasmita, 2002; Tockner & Stanford, 2002). Pada saat penelitian ditemukan satu ekor ikan Colossoma macrophomum (Famili Characidae) di 102 daerah danau Baru Simalinyang. Diduga ikan ini berasal dari keramba budidaya bawal air tawar yang terdapat di Sungai Kampar Kiri khususnya Desa Simalinyang. Resiko yang dikhawatirkan sekiranya semakin banyak spesies ini terlepas ke perairan akan mendesak populasi ikan asli karena termasuk ikan omnivora atau generalis. Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran spesies ikan asing (alien fish species) berdampak buruk terhadap fauna ikan lokal dan keseimbangan ekologis, seperti ikan Cichlasoma urophthalmus di sebelah Selatan Florida telah berhasil membentuk koloni yang stabil dan cepat ditunjang kebiasaaan makan yang generalis (Bergmann & Motta, 2005); ekspansi ikan Perccottus glenii di sebelah Barat Eurasia telah berdampak buruk terhadap keseimbangan ekologis di perairan tawar karena ikan ini merupakan predator bagi makro-invertebrata dan amphibia lokal. Lewat kajian ontogenik juwana Cyprinus carpio (ikan pendatang) dengan ikan Maccullochella peelii dan Macquaria ambigua (ikan asli) di DAS Murray Darling, Australia ditemukan bahwa terjadi kompetisi makanan pada fase larva. Perkembangan struktur organ pencernaan yang lebih cepat memungkinkan ikan Cyprinus carpio semakin berkembang dan mendesak kedua spesies ikan asli tersebut.
No Comments