Skip to main content

REKOMENDASI

DAS Kampar telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat di sepanjang alirannya. DAS Kampar tidak saja berarti dalam dimensi fisik, tetapi juga menjadi media interaksi sosial budaya, maka tidak heran jika disebutkan bahwa keberadaan sungai ini sebagai salah satu faktor sejarah pulau Sumatera. DAS Kampar memiliki beragam manfaat yang telah dinikmati oleh ± 3 juta penduduk. Keragaman komponen ekosistem dan keragaman interaksi yang ada didalamnya menyebabkan pengelolaan DAS Kampar harus melibatkan banyak pihak. Proses ini bukanlah sesuatu yang mudah, sebagaimana dinyatakan bahwa para pihak yang berbeda dapat mempunyai perspektif yang berbeda akan fungsi DAS dan memungkinkan adanya kesenjangan pengetahuan ekologi. Para pihak merupakan elemen kunci untuk mewujudkan pengelolaan DAS Kampar yang berkelanjutan. 

Selain sebagai salah satu elemen penting bagi perekonomian masyarakat Sumatera, DAS Kampar juga menjadi habitat beberapa jenis ikan asli dan endemik Indonesia, khususnya Sumatera, seperti jenis-jenis ikan belida, ikan baung, dan juga ikan patin. Di sisi lain, ekosistem perairan DAS Kampar mendapatkan ancaman dengan keberadaan Waduk Koto Panjang karena dapat menjadi barrier bagi jenis-jenis ikan terntu yang mengalami ruaya dalam siklus hidupnya. Oleh karena itu, diperlukan strategi dalam pengelolaan di DAS Kampar agar pemanfaatan jenis-jenis ikan yang hidup didalamnya tetap dapat berlangsung dengan tetap mempertahankan konspep kelestarian agar dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan.

Berdasarkan data dan informasi yang telah dihimpun di atas, maka dapat disusun rekomendasi dalam strategi pengelolaan dan pemanfaatan berkelanjutan di DAS Kampar sebagai berikut: 


1. Domestikasi dan re-stocking ikan asli dan atau terancam punah

Kelestarian ikan-ikan endemik yang terancam punah perlu tetep dijaga dengan cara dilakukan beberapa upaya perlindungan melalui beberapa upaya seperti: bagi daerah yang memiliki ikan endemik terancam punah, pemerintah daerah perlu menyusunregulasi tentang perlindungan habitat ikan endemik dan upaya konservasi jenis ikan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pengelolaan sumberdaya ikan endemik memiliki aspek legalitas yang kuat sehingga kelestariannya dapat dijaga dengan baik. Untuk menunjang kegiatan domestikasi dan restocking, beberapa daerah yang memiliki ikan endemik terancam punah, seharusnya daerah tersebut perlu mengembangkan hatchery-hatchery yang juga membudidayakan ikan-ikan endemik terancam punah.


2. Pembuatan suaka perikanan

Pembentukan suaka perikanan ditujukan untuk melindungi habitat ikan endemik, agar terhindar dari upaya penangkapan tehadap jenis tersebut. Suaka perikanan bisa ditetapkan di kawasan yang berfungsi sebagai tempat berlindung/berkembangbiak. Pembentukan suaka perikanan ditujukan agar ikan-ikan tersebut mampu berkembangbiak secara alami. Pembentukan suaka perikanan biasanya ditujukan untuk jenis ikan yang mengalami eksploitasi berlebihan seperti ikan belida (Chitala spp.) yang populasinya di alam sudah menurun drastis.


3. Pengendalian ikan introduksi

Pengendalian ikan introduksi merupakan salah satu opsi yang dapat dilakukan sebagai upaya pelestarian ikan endemik. Upaya pengendalian introduksi ikan asing dilakukan di lokasi yang telah mengalami perubahan struktur komunitas ikan dari kondisi alaminya, karena masuknya jenis invasif yang menggeser jenis ikan asli perairan tersebut. 


4. Rehabilitasi lingkungan dan modifikasi habitat

Rehabilitasi lingkungan dan modifikasi habitat dilakukan pada habitat ikan endemik yang sudah mengalami penurunan kualitas akibat pencemaran, pembukaan lahan dan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Opsi rehabilitasi habitat dapat dilakukan untuk melestarikan jenis-jenis ikan asli dan endemik agar kelertariannya tetap terjaga. Modifikasi habitat untuk memperbaiki laju rekruitmen, pertumbuhan, jalur ruaya/migrasi atau tempat perlindungan ikan endemik.


5. Menyusun regulasi penangkapan ikan

Overfishing atau lebih tangkap disebabkan karena adanya pemanfaatan yang berlebihan terhadap sumberdaya ikan tertentu dilakukan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari over fishing tersebut adalah kelangkaan atau menurunnya stok sumberdaya ikan dialam. Jika eksploitasi dilakukan pada ikan endemik maka dalam jangka panjang dapat menyebabkan kelangkaan atau punahnya jenis ikan tersebut. Untuk melindunginya perlu menyusun regulasi penangkapan ikan. Menurut Direktorat KKJI (2015) untuk mengatasi lebih tangkap dapat dilakukan melalui: i) pembatasan jumlah tangkapan berdasarkan jumlah stok dialam dan kemampuan regenerasinya; ii) pengaturan waktu tangkap untuk menghindari tertangkapnya jenis ikan yang sedang dalam musim pemijahan; iii) pembatasan ukuran ikan yang tertangkap agar memberikan peluang setiap individu dapat melakukan regenerasi (memperpanjang keturunannya); iv) pengaturan dan pengawasan alat tangkap yang digunakan supaya tidak merusak populasi maupun habitat ikan tertentu; dan v) penerapan sistem zonasi sehingga dapat menjamin pelestarian ikan.

Upaya-upaya yang telah diusulkan sebagai rekomendasi strategi pengelolaan tersebut seyogyanya dapat dilaksanakan secara bersama-sama dan parallel oleh seluruh pihak yang berkepentingan, mulai dari nelayan, masyarakat lokal, breeder, hingga pemerintah di semua tingkatan agar dapat membawa dampak yang signifikan terhadap perikanan di Indonesia, khususnya di wilayah Sungai Kampar untuk mewujudkan perikanan yang lestari.