Skip to main content

2.1. Mengembangkan Tujuan, Indikator Keberhasilan, dan Tolok Ukur

Berdasarkan isu prioritas EAFM yang ditentukan melalui Modul 2 Sub-bab 2.5, dapat dikembangkan tujuan yang akan dicapai untuk masing-masing domain EAFM. Untuk mengukur pencapaian pada setiap tujuan, maka ditetapkan indikator keberhasilan dan tolok ukur. Indikator keberhasilan merupakan variabel, petunjuk, atau indeks yang mengukur kondisi saat ini dari komponen ekosistem yang dipilih. Setiap tujuan pengelolaan perikanan dapat terdiri dari satu atau lebih indikator. Sedangkan tolok ukur merupakan kondisi awal (baseline) sebelum dilakukan tindakan pengelolaan. Indikator keberhasilan menyediakan hubungan antara tujuan dan tindakan ketika dibandingkan dengan target dan baseline.

Dalam praktiknya, seharusnya memungkinkan untuk memperkirakan indikator keberhasilan dari data yang telah atau dapat dikumpulkan, tetapi tidak boleh mengecualikan indikator keberhasilan yang memerlukan data baru. Indikator keberhasilan dan tolok ukur dikembangkan hanya setelah tujuan disetujui.

Dalam rangka pengembangan tujuan, perlu dilakukan beberapa tindakan yaitu: 

  • Identifikasi alternatif tujuan pengelolaan, khususnya untuk setiap masalah yang memerlukan tindakan pengelolaan secara langsung.

  • Menentukan hirarki atau prioritas tujuan, jika ada beberapa alternatif tujuan pengelolaan untuk setiap isu prioritas. 

  • Pelibatan stakeholder untuk mendapatkan masukan atau saran terkait kesesuaian dan kepraktisan tujuan pengelolaan. 

  • Memastikan tujuan pengelolaan perikanan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tujuan pengelolaan perikanan secara nasional, atau kebijakan lainnya di tingkat yang lebih tinggi. 

  • Memastikan setiap tujuan pengelolaan dapat digunakan dalam sistem pengelolaan yang akan dikembangkan.

Berdasarkan isu dan permasalahan (tujuan, indikator, dan tolok ukur) yang ada terkait dengan pengelolaan perikanan darat di Indonesia maka dapat dikelompokkan ke dalam 7 domain sebagai berikut:

  1. Lingkungan sumber daya ikan;

  2. teknologi penangkapan ikan;

  3. sosial;

  4. ekonomi;

  5. kelompok jenis ikan yang dikelola;

  6. tata kelola; dan

  7. pemangku kepentingan;


Stakeholders menilai pencapaian tujuan dengan menggunakan indikator keberhasilan dan tolok ukur yang telah ditetapkan sehingga dapat diketahui apakah setiap tindakan pengelolaan dapat mencapai tujuan pengelolaan yang telah disepakati. Secara sederhana tolok ukur digambarkan sebagai target, baseline, atau batas.

Indikator mengukur status saat ini pada satu titik waktu (misalnya tangkapan, suhu, area hutan banjir, dll.). Sebuah indikator dapat berupa kuantitatif atau kualitatif dari beberapa atribut perikanan yang dapat diukur secara: 

  • Langsung: diukur secara langsung (contoh: jumlah nelayan pengguna alat tangkap spesifik);

  • perkiraan: diperkirakan menggunakan model (pemodelan estimasi biomassa menggunakan stock assessment);

  • tidak langsung: diukur secara tidak langsung (langkah/tindakan pengelolaan terkait biomassa seperti catch rates, atau penerapan rerata CPUE terhadap jumlah nelayan); atau 

  • kesimpulan: hanya disimpulkan (misalnya jumlah pertemuan kolaboratif sebagai indikator kerja sama dan koordinasi lintas instansi).

Indikator yang dikembangkan juga harus memenuhi kriteria SMART:

  • Specific (dalam hal kuantitas, kualitas dan waktu);

  • measurable (dapat diverifikasi secara objektif dengan biaya yang dapat diterima);

  • available (dari sumber yang ada atau dengan upaya ekstra yang wajar);

  • relevant (terhadap tujuan dan sensitif terhadap perubahan); dan

  • timely (untuk memastikan ketepatan waktu pelaksanaan pengelolaan bagi manajer)

 

Tabel 1. Contoh indikator untuk setiap tujuan

Goal

Tujuan

Indikator

Kelimpahan stok ikan meningkat

% ikan juvenile yang tertangkap menurun

% ikan juvenile yang tertangkap per kapal, atau pada pendaratan ikan

Kualitas habitat riparian dan breeding ground berhasil dipulihkan

Jumlah habitat kritis meningkat, untuk mengurangi pendangkalan dan perbaikan breeding area

Habitat penting berhasil dipulihkan; area konservasi berhasil didirikan/ditetapkan dan dikelola secara co-management

Rumah tangga nelayan memiliki mata pencaharian yang lebih baik

Pemasukan (income) nelayan dan para pekerja di sektor perikanan meningkat

Jumlah nelayan dan pekerja di sektor perikanan, baik pada perikanan tangkap maupun pengolahan (post-harvest)

Sumber: Essential EAFM Training Course, 2014

Penilaian setiap indikator tersebut dilakukan dengan mengacu kepada tujuh domain pada ‘Petunjuk Teknis Penilaian Indikator Pengelolaan Berbasis Ekosistem’. Pengumpulan data baru yang diperlukan untuk mengembangkan indikator dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan:

  1. Menggunakan data yang ada, jika tersedia;

  2. mengumpulkan data baru, jika diharuskan, dan;

  3. menggunakan pendekatan partisipatif, jika memungkinkan.

Mengukur Kinerja Pengelolaan

Mengukur kinerja pengelolaan dapat dilakukan dengan membandingkan indikator dengan tolok ukur yang disepakati (target, baseline atau limit). Hal ini akan memberikan ukuran seberapa baik kinerja pengelolaan (Gambar 1). Zona hijau adalah hasil yang diinginkan (di atas target), kuning kurang diinginkan (di bawah target tetapi di atas batas), dan merah tidak diinginkan.

Diagram

Description automatically generated