KARAKTERISTIK EKOSISTEM DAS SERAYU
Sungai Serayu bagian hulunya memiliki sumber air di lereng Gunung Prahu, yaitu mata air Bimo Lukar di kawasan Pegunungan Dieng Kabupaten Wonosobo. Sungai tersebut selanjutnya mengalir ke bagian tengah melewati Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, dan Banyumas, serta bagian hilirnya bermuara di Teluk Penyu Kabupaten Cilacap.
Saat ini, kondisi perairan Sungai Serayu terancam oleh sedimentasi, dan juga oleh polusi air akibat kegiatan antropogenik di Kawasan DAS Serayu. Kondisi seperti ini akan mengancam kelestarian ekosistem dan biota yang ada. Pemerintah Indonesia telah menetapkan 108 DAS Prioritas melalui SK. 328/Menhut-II/2009 dan DAS Serayu termasuk di dalamnya. Pada tahun 2015 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM 2015-2019) dan diprioritaskan penanganan pada 15 DAS, salah satunya adalah DAS Serayu.
3.1. Hulu DAS Serayu
Bagian hulu DAS Serayu berada di Dataran tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Degradasi habitat di bagian ini diantaranya terjadi karena kegiatan perkebunan kentang yang dalam pengelolaannya menyebabkan tanah mudah erosi, dan penyuburan perairan akibat pupuk dan pestisida. DAS Serayu merupakan salah satu dari 15 DAS kritis yang menjadi prioritas karena kerusakan yang terjadi di daerah hulu (Gambar 3.1).
Hasil interpretasi citra menunjukan bahwa telah terjadi perubahan yang cukup signifikan pada kawasan DAS Serayu Hulu yaitu penurunan hutan sebesar 13.907,30 Ha, peningkatan lahan pertanian 11.261,66 Ha, peningkatan lahan terbangun 1.440,38 Ha, peningkatan semak belukar 900,86 Ha, lahan terbuka 304,40 Ha dan badan air dalam jumlah tetap. Perubahan signifikan pada hutan merupakan kondisi yang perlu diwaspadai terkait dengan fungsi kawasan DAS Hulu yang merupakan kawasan konservasi. Sinergi antara pemangku kebijakan dan masyarakat, merupakan salah satu usaha yang harus ditempuh terkait dengan upaya penjagaan fungsi kawasan DAS Serayu Hulu sebagai kawasan konservasi sehingga keseimbangan ekosistem dapat terjada dengan baik (Susanti et al. 2020).
Gambar 3.1. Kondisi dan aktivitas pada bagian Hulu DAS Serayu
Pada bagian hulu DAS ini, tepatnya 10 km di barat kota Banjarnegara, terdapat Bendungan Panglima Besar Sudirman yang lebih dikenal dengan sebutan Waduk Mrica (Gambar 3.2). Waduk Mrica jika terisi penuh memiliki luas genangan sekitar 12 km². Selain dimanfaatkan untuk pengairan dan wisata, Waduk Mrica terutama dibangun untuk memasok PLTA Mrica berkapasitas 184,5 MW. Waduk yang beroperasi sejak tahun 1988 tersebut ditengarai berdampak juga terhadap pemisahan terhadap po;ulasi ikan yang ada di dalamnya, salah satunya adalah ikan brek.
Gambar 3.2. Bendungan Panglima Besar Jenderal Soedirman di Kabupayen Banjarnegara
(Foto: Haryono)
3.2. Bagian Tengah DAS Serayu
Bagian Tengah aliran Sungai Serayu terletak di sebagian Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Banyumas. Pada bagian Tengah DAS, tepatnya di Kabupaten Banyumas terdapat bangunan penting berupa Bendung Gerak Serayu (Gambar 3.3). Keberadaan bendung ini dapat menyebabkan degradasi habitat karena berpengaruh pada aliran air yang tertahan dan tertutupnya ruaya ikan dari hulu ke hilir dan sebaliknya. Padahal di Sungai Serayu ini terdapat beberapa jenis ikan yang aktif melakukan ruaya, diantaranya ikan sidat (Anguilla spp.). Diperoleh informasi, bahwa sidat stadia elver ketika akan melakukan ruaya ke arah hulu banyak yang tertahan di bawah bendungan ini. Oleh karena itu banyak nelayan penangkap benih sidat yang melakukan penangkapan di bawah Bendung Gerak serayu ini.
Gambar 3.3. Bendung Gerak Serayu di Kabupaten Banyumas (Foto: Haryono)
3.3. Bagian Hilir DAS Serayu
Bagian hilir Sungai Serayu terletak di Kabupaten Cilacap yang bermuara di Teluk Penyu.
Pantai Teluk Penyu berjarak 2 Km ke arah timur dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Cilacap dengan luas kira-kira 14 ha. Area Teluk Penyu merupakan Kawasan wisata mulai dari pelabuhan perikanan Samudera, bibir pantai yang biasa disebut Areal 70 (merujuk kepada sebutan masyarakat sekitar terhadap kawasan tangki-tangki penimbunan bahan bakar dari PT Pertamina UP IV). Para wisatawan atau pengunjung bisa melihat langsung Pulau Nusakambangan dari bibir pantai.
Degradasi di bagian hilir salah satunya akibatkan adanya kegiatan penambangan pasir yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan pengadukan air dan perubahan habitat ikan. Kegiatan tersebut dapat menganggu habitat dan ruaya ikan dari laut ke air tawar atau sebaliknya. Rhomdon et al. (2015), aktivitas perikanan di Sungai Serayu bagian hilir masih cukup tinggi, diantaranya penangkapan ikan yang lebih banyak dilakukan pada pagi hari karena memanfaatkan kondisi air surut dengan arus sungai yang tidak terlalu deras dibandingkan pada saat pasang. Alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan sekitar adalah jala lempar. Selain itu, nelayan terkadang menggunakan jaring insang, pancing dan bubu (Gambar 3.4)
Gambar 3.4. Jala sebagai alat tangkap ikan di bagian hilir DAS Serayu
(Sumber: Romdhon et al., 2015)
No Comments