Skip to main content

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Kerusakan lingkungan di Indonesia telah menjadi keprihatinan banyak pihak, baik di dalam negeri maupun oleh dunia internasional. Hal ini ditandai dengan meningkatnya bencana alam yang dirasakan, seperti bencana banjir, tanah longsor dan kekeringan yang semakin meningkat. Rendahnya daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu ekosistem diduga salah satu penyebab utama terjadinya bencana alam yang terkait dengan air (water related disaster) tersebut. Kerusakan DAS dipercepat oleh peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi, konflik kepentingan dan kurang keterpaduan antar sektor, antar wilayah hulu-tengah-hilir, terutama pada era otonomi daerah. Pada era otonomi daerah, sumberdaya alam ditempatkan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). 

Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu dengan luas areal sekitar 364 ribu Ha mencakup areal mulai dari bagian hulu di gugusan Gunung Slamet, dataran tinggi Dieng, sampai dengan gunung Sindoro dan Sumbing dan memiliki hilir di Samudera Hindia sebagai muara (outlet) DAS. Kegiatan pembangunan di DAS Serayu, baik di hulu maupun di hilir tergolong intensif dan tekanan penduduk yang cukup tinggi terutama pertumbuhan masyarakat di Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Wonosobo. Kegiatan pembangunan di DAS Serayu cenderung mengarah pada penurunan kemampuan lahan dalam meresapkan air, dan melindungi tanah dari erosi, yang pada akhirnya menyebabkan tingginya limpasan permukaan dan erosi. Kejadian banjir, penurunan kualitas air sungai, longsor dan kekeringan merupakan indikator kegagalan dalam mengelola sumber daya alam yang memiliki manfaat publik. 

Penurunan keanekaragaman ikan di perairan darat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain degradasi dan hilangnya habitat, spesies asing invasive, pencemaran, eksploitasi berlebih dan perubahan iklim. Isolasi dan fragmentasi habitat memberikan tantanan terhadap konservasi suatu jenis ikan yang berukuran kecil sedangkan eksploitasi berlebih merupakan ancaman terbesar utuk ikan berukuran besar (Dudgeon et al, 2005). Selanjutnya Dias & Garo (2010) menyatakan bahwa perubahan lingkungan yang berasal dari gangguan antropogenik merupakan ancaman utama bagi ikan air tawar yang dapat berakibat pada penurunan dan bahkan kepunahan beberapa spesies. Dampak dari aktivitas manusia digambarkan dengan gangguan terhadap daerah tangkapan air, hilangnya riparian, penebangan hutan, pencemaran perairan, perubahan sistem aliran sungai, berkurannya volume air tanah, hilangnya habitat akuatik dan fragementasi, introduksi spesies asing dan kelebihan tangkap. Pembendungan sungai untuk pembuatan waduk akan menggaggu konektivitas sungai, mengubah dinamika perpindahan sedimen, dan migrasi ikan secara longitudinal. Adanya waduk pada suatu sungai akan berdampak pada perubahan suhu air sungai sebagai akibat dari pelepasan air yang terstartifikasi secara termal, yang dapat menyebabkan perubahan komposisi ikan dibagian hilir sungai. Dam juga dapat mempengaruhi pasang surut, hal ini berdampak pada konektivitas antar sungai, paparan banjir dan zona riparian. Kondisi seperti  ini berdampak pada migrasi lateral ikan, pertukaran lateral nutrien dan sedimen dan mengubah siklus biogeokimia, menurunkan produsi biologi dan serta perubahan struktur komunitas hewan dan ikan.


  1. Tujuan

Tujuan dari penyusunan dokumen kajian biodiversitas ikan dan habitatnya (Assessment of Fish Biodiversity) adalah memberikan data dan informasi bagi para pemangku kepentingan pada ekosistem perairan darat terutama di lokasi yang menjadi kegiatan I-Fish Project. Lokasi tersebut adalah Kabupaten Kampar, Sukabumi, Cilacap, Kapuas, dan Barito Selatan. Namun dokumen ini juga dapat digunakan bagi semua kalangan yang tertarik dengan biodiversitas ikan perairan darat. Dokumen ini mengungkap tentang profil DAS Serayu, karakteristik ekosistem DAS Serayu, biodiversitas ikan, jenis ikan ekonomis penting di DAS Serayu, status jenis-jenis ikan di DAS Serayu, serta ancaman terhadap kelestarian biodiversitas ikan yang ada di dalamnya. Selain itu, dokumen ini juga memberikan rekomendasi/strategi dan Rencana Pengelolaan DAS Serayu Terpadu untuk membangun kesepahaman dan kesepakatan para pihak terkait dalam rangka pengelolaan biodiversitas ikan di DAS Citanduy agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan